Rabu, 20 Maret 2013

Kerupuk Mi Goreng Wedhi

Banyak hal indah sepanjang saya menjalani hidup, tapi masa kanak-kanak adalah masa paling sulit terlupa. Ya, masa kanak-kanak saya di Desa Slatri Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes di Jawa Tengah saya kira merupakan hidup terbaik di tempat terbaik sepanjang sejarah hidup saya.


Di Desa yang sangat luas itu dulu saya bisa melihat banyak hal berlangsung juga terlibat dalam banyak hal itu. Di sana ada banyak pembuat makanan, seperti: kerupuk, opak, gemblong, serabi, tempe dan banyak makanan kampung yang sekarang mungkin sudah tidak ada lagi. Ada juga pengrajin tikar, tukang gedek, tukang bikin lampu hias dari kayu dan lain-lain. Pokoknya banyak profesi digeluti warga, sehingga dulu ada banyak klub sepakbola di sana yang tiap klub mewakili profesi-profesi itu, singkatnya sangat hidup suasananya.

Tapi dari itu semua saya ingin cerita soal kerupuk. Kerupuk yang banyak jenisnya di desa saya (ada krupuk antor, krupuk mi goreng minyak, krupuk mi goreng wedhi atau pasir, krupuk rambak, dst) adalah jajanan yang paling akrab sejak saya kecil, karena siang malam selalu ketemu kerupuk. Tetangga sebelah rumah pengrajin kerupuk goreng wedhi, maka kerupuk yang dijemur adalah pemandangan harian. Seperti tetangga lain kalau malam biasanya saya ikutan nggelar kerupuk basah sebelum paginya dijemur. Ikut juga nongkrongin orang nggoreng krupuk, melihat bagaimana krupuk-krupuk mekar digoreng pakai pasir panas. Bisa makan kerupuk gratis setiap malam, atau nyolong dan makan kerupuk mentah yang tergelar dijemur di banyak tempat.

Krupuk yang digoreng pakai pasir memang sensasinya beda ketika dimakan. Sampai sekarang saya selalu teringat jenis kerupuk ini setiap kali makan kerupuk. Sayang kerupuk mi yang digoreng pakai pasir ini sudah sulit ditemui, apalagi di Jakarta yang sudah penuh oleh makanan pabrik. Di desa saya pun pembuat kerupuk sudah tak ada lagi sepertinya, kerupuk mentah yang terjemur di pinggir jalan sudah tidak bisa ditemui. Di pasar tentu saja masih ada penjualnya, tapi saya khawatir tak lama lagi kerupuk ini akan hilang dari pasaran.

Saya sih yakin saja orang kita tak akan pernah lupa dengan makanan yang pernah mereka makan, cuma hadirnya berbagai makanan impor memang membuat makanan lokal tersingkir. Saya jadi berharap orang-orang di Cina sana tahu dan mau memproduksi jenis-jenis makanan yang dulu pernah dibuat di sini, seperti kerupuk goreng wedhi ini, yang lalu mereka mengekspornya ke sini, ah...pasti akan banyak lagi kerupuk itu di pasaran kerena harganya pasti murah.

14 komentar:

pakde sulas mengatakan...

dulu waktu di desa, pakde juga makan krupuk goreng wedhi, karena memang minyak goreng mahal-enakan pakkai pasir , gratis tis tis

ronal mengatakan...

itu kerupuknya kalo di jakarta biasanya di taburi semacam kuah kacang gitu mas......rasanya mantab :D

SunDhe mengatakan...

pernah makan ini.. tp duluuu sx. skarang ga tau beli dmn :(

Obat Sakit mengatakan...

opak wedi namanya di daerahku mas
Mak Kriyuk..

Rawins mengatakan...

di kampungku masih ada yang bikin
dulu waktu kecil suka nyolong dari jemuran
hehe

catatan kecilku mengatakan...

Aku suka sekali kerupuk. Makan tanpa ditemani kerupuk rasanya kurang sip hehehe

the others mengatakan...

Kayaknya aku masih sering makan kerupuk spt itu deh :)

Muhammad A Vip mengatakan...

pakde:ya, mungkin ini yang disebut kearifan lokal
ronal:ya, sekarang kerupuk jenis ini diberi kuah sambel kacang atau saus cabe
SunDhe:saya juga nggak tau belinya dimana, kalo dikampung masih banyak yang jual meski yang bikin sudah jarang
tomo:opak itu yang dari singkong kalo di tempat saya
Rawins:syukurlah, kalo ditempatku sudah gak ada
Mbak Reni:ya, krupuk memang sip.

Unknown mengatakan...

blogwalking..
kunjungan pertama sobat..
di tunggu ya folbacknya :)

SitusTopInfo

R10 mengatakan...

aku sukanya krupuk udang

nuel mengatakan...

Oh itu toh namanya....

Unknown mengatakan...

kunjungan perdana..
moga tambah sukses bloggingnya..
ditunggu juga ya folbacknya..

naza mengatakan...

jajanan saya waktu sd dah. tapi diriku lebih milih gorng minyak, lebih enak seeh. he he

Rawins mengatakan...

kenapa banyak yang kena masalah feeds ya..? beberapa teman yang tak pernah muncul apdetan blognya sejak 5 bulan lalu setelah dicek manual ternyata masih rutin posting.
di readinglistku, jurnal ini yang paling akhir muncul