Saya selalu senang dengan yang namanya bioskop. Cobalah kalau nanti anda ketemu saya, ajak saya ke bioskop, pasti saya akan siap sedia. Bioskop adalah tempat hiburan yang paling sering saya kunjungi, saya kira. Sejak kecil, bahkan sejak belum mengenal sekolah saya sudah diajak masuk ke gedung tempat memutar film itu. SD kelas tiga saya sudah nonton sendiri (maksudnya tidak dengan orang tua tapi dengan teman sebaya) di malam hari dan sejak itu bolak-balik hampir seminggu sekali. Nonton layar tancap atau misbar (gerimis bubar) bisa sampai pagi lemprakan di lapangan.
Sayang gedung bioskop kini tidak seperti dulu lagi. Dulu gedung bioskop sampai ke kota kecamatan, kini di kota kabupaten pun sudah tidak ada. Bioskop atau film memang hiburan yang menarik bagi siapapun, saya yakin walau sekarang televisi sudah ada di setiap rumah dan film terbaru bisa diputar di rumah dengan pemutar yang bisa dimiliki siapapun, pemutaran film dengan layar lebar tetap saja menarik. Sekarang memang jarang gedung bioskop dan pertunjukan layar tancap pun sulit ditemui, tapi seandainya ada pasti akan ada yang hadir menonton.
Dan mungkin dengan kesadaran itu Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan kini membuat mobil Bioskop Keliling. Mobil Bioskop Keliling ini setiap hari mangkal di pelataran Galeri Nasional yang letaknya di sisi timur Taman Monas. Entah sejak kapan mobil-mobil itu ada di sana, dan berkeliling ke mana saja selama ini mobil-mobil itu, saya sendiri baru sekali melihat salah satu mobil itu memutar film di pelataran Taman Ismail Marzuki beberapa minggu lalu. Tentu saja khusus memutar film Indonesia.
Film meski dianggap oleh sebagian besar orang sebagai hiburan, saya kira fungsinya lebih dari itu. Saya sendiri menganggap gedung bioskop sebagai pengganti ruang kelas. Ada banyak hal di dalam film, tak hanya pengetahuan dan kesenangan, film yang bagus bahkan bisa sampai mencerahkan. Saya ingat dulu saat masih SD pernah beberapa kali bersama teman-teman satu sekolah digiring bapak/ibu guru ke gedung bioskop menonton film-film perjuangan, mestinya kini sekolah-sekolah bisa memanfaatkan film sebagai bagian dari sarana untuk mendidik siswanya.
Program nonton film ramai-ramai itu tak harus ke gedung bioskop, tapi mobil Bioskop Keliling yang sekarang ada itu bisa didatangkan ke sekolah-sekolah sepekan sekali dan di halaman sekolah siswa diajak menonton bersama. Tak hanya nonton bersama tentunya, tapi esoknya siswa diberi kesempatan untuk mendiskusikannya di kelas. Saya kira ini bisa berfungsi sebagai bimbingan bagi anak-anak yang dalam hidupnya tak bisa lepas dari yang namanya film.
Semoga pengadaan Bioskop Keliling ini bukan sekedar proyek pejabat Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, tapi ada rencana besar dalam rangka membangun masyarakat yang berbudaya. Jadi bolehlah BBM naik asal mobil-mobil itu diperbanyak dan disebar ke seluruh Indonesia agar warga negeri ini bisa seminggu sekali meninggalkan televisi untuk nonton ramai-ramai di lapangan terbuka dan tertawa bersama-sama.
7 komentar:
baru tau ada bioskop keliling, kak. dulu di tegal ada bioskop, tapi udah ga ada skrg, karena kurang diminati. hiks
mudah-mudahan bioskop keliling ini digemari masyarakat dan bener jalannya :D
ah, saya jadi rindu masa kecil nonton di bioskop rakyat, bukan bioskop 21 atau sejenisnya itu
Ila: ya, dulu di Tegal banyak bioskop bahkan saling berdekatan seperti Dewa dan Dewi yang di alun-alun
Rian:semoga ada sosia
wh jadi enak y mas bisa mengenang masa kecil lagi apa lagi sekarang bioskop dengan seiringnya waktu berjalan kayak nya mau musna ya mas
keren banget bioskop kelilingnya... ^_^
mudah-mudahan di Makassar jg ada yang kyk ginian, pengen nyoba, sensainya beda kah dengan bioskop yg sering sy datangi... *ceilah* ^_^
sya jga suka sesekali nnton layar tancap... biasanya filmnya gag jauh ama Rhoma cs dan Suzzana si ratu horror
wong brebes: memang yang namanya bioskop di indonesia hampir punah
Suci:di makasar harus dibanyakin kayaknya haha
capung:wah, ketahuan nontonnya di mana nih
Posting Komentar