Masih ramai menjadi
berita soal polisi menembak atau lebih tepatnya polisi membunuh sesama polisi
di media. Konon peristiwa yang terjadi di Polda Metro Jaya itu motifnya sudah
jelas, yaitu sakit hati. Seorang polisi bawahan sakit hati kepada atasannya lalu
atasannya ditembak sampai mati. Tentu peristiwa ini sampai terjadi karena si
polisi bawahan memiliki pistol yang ada plurunya, seandainya yang dimiliki
polisi bawahan itu cuma pentungan pasti akan lain peristiwanya.
Tapi jangan jadikan
pistol sebagai pokok persoalan, karena sudah puluhan tahun bahkan mungkin
ratusan tahun polisi memegang pistol dan peristiwa polisi menembak polisi jarang
terjadi. Itulah kenapa ketika ada peristiwa semacam ini, yaitu polisi saling
tembak banyak orang yang tercengang. Karena mereka bukan kumpulan pereman yang
datang dengan asal usul tak jelas dan tujuan hidup yang juga tidak jelas. Polisi
adalah aparat yang terdiri dari orang-orang pilihan yang dibina dengan tujuan
yang pasti. Mereka bukan warga biasa, mereka ada untuk membuat orang banyak
menjadi tenteram menjalani hidup.
Lalu bagaimana kini, rakyat
pasti akan terganggu ketenteramannya ketika mengetahui ada polisi membunuh
sesamanya. Rakyat pasti waswas, teman sendiri yang memiliki seragam yang sama saja ditembak bagai mana rakyat? Tapi soal
rakyat waswas setiap kali didekati polisi atau takut mendatangi kantor polisi rasanya
bukan hal baru. Kalau bukan karena terpaksa warga kebanyakan pasti malas
berhubungan dengan polisi. Tentu dengan banyak sebab, salah satunya karena
takut ditembak saya kira.
Tidak salah kalau warga
takut pada polisi, karena banyak polisi yang kerjanya menakut-nakuti warga. Walau
kini polisi sudah tampak lebih ramah, tetap saja kesan yang sudah lama tertanam
di hati masyarakat tak mudah untuk diubah. Jadi polisi harus melakukan
perubahan besar-besaran. Tidak hanya mengubah kesan masyarakat pada diri
mereka, tapi juga berupaya membuat rakyat senang berdekatan dengan mereka.
Mungkin hal ini yang
harus dilakukan, yaitu polisi mengubah seragamnya dengan pakaian yang lucu-lucu.
Tidak musti seperti badut, tapi harus membuat setiap yang melihatnya tertawa
dan tak bosan memperhatikan. Tak cuma pakaian, gaya bicara juga harus punya
pola tersendiri, seperti Komeng saya kira boleh juga. Setiap hari di kantor
atau di lapangan mereka harus memancing tawa.
Kita semua tahu hidup di
jaman sekarang penuh tekanan batin. Masalah bisa timbul kapan saja di mana saja
oleh sebab yang tak terduga. Satu persoalan bisa menimbulkan persoalan lain dan
persoalan kecil tiba-tiba menjadi besar hanya karena bersentuhan dengan
persoalan orang lain. Saya kira sakit hati yang mengakibatkan seorang polisi
bawahan menembak mati atasannya tidak melulu sakit hati karena teguran seorang
atasan yang mungkin dengan bahasa yang kasar. Sangat mungkin ada hal lain yang
mengakibatkan orang tak mampu mengendalikan diri. Jadi si bawahan ini pasti
sedang tegang jiwanya karena tekanan hidup.
Maka aparat yang punya
tanggungjawab berat semestinya hidupnya rileks. Dengan pakaian yang lucu-lucu
dan setiap hari saling memancing tawa ketika bertemu di kantor atau di jalan
pasti bisa membuat hidup mereka menyenangkan. Semboyan mereka : Ngakak Sampai
Tua. Saya yakin kalau sampai hal seperti ini terjadi polisi akan jadi sahabat
rakyat. Percayalah polisi lucu tak akan kehilangan wibawa.
8 komentar:
ya karena tidak ada musuhnya di Indonesia ini. Biarin saja mereka saking bunuh membunuh satu sama lain.
Begasakan negorone
Musuhe akeh lho. Malah kakehen jangan2
waaah waah wahh..
yah polisi juga manusia...tapi kalo tega nembak atasannya sendiri itu polisi manusia macam apa yah???....
Sadis ya... smkn dak bener akhir2 ini...
Yahya: wow
Muroi: polisi yang sedang tertekan batinnya
Bang Ancis: kita tunggu kedepan seperti apa
wah serem juga ya mas antar polisi saling tembak hmmmm :)
polisi vs polisi
polisi vs tentara
duh mentang2 pake senjata malah pada berantem
Posting Komentar