Tadi pagi saya sempat melihat anak kecil
berangkat sekolah dengan atribut OSPEK, dan saya pun tersadarkan ternyata tahun
ajaran baru sudah mulai. Karena tak punya anak dan sudah tidak sekolah lagi,
saya benar-benar tak tahu kapan sekolah libur dan kapan masuk kembali. Setelah melihat
anak sekolah pakai topi kerucut dari karton dan kalungan papan tulis
bertuliskan macam-macam saya baru ngeh, ternyata musim libur sekolah telah usai
dan ruang kelas telah dibuka lagi bagi siswa-siswi baru.
Tahun ajaran baru, siswa baru dan pasti
banyak yang sedang mencicipi sekolah baru. Anak sekolah yang saya sebutkan tadi
berangkat sekolah pakai atribut lucu-lucu, jadi sudah pasti dia siswa yang
sedang mencicipi dunia barunya. Saya lihat dia masih pakai seragam esde, jadi
pasti dia siswa kelas satu esempe. Karena setahu saya kini anak baru saat
perkenalan masih diharuskan memakai seragam sekolah lamanya.
Dan bicara soal jadi siswa baru saya pun
mengingat-ingat jaman sekolah dulu. Pada jaman saya jadi siswa baru tak ada
yang namanya OSPEK atau plonco-ploncoan. Saat awal masuk esempe yang ada
penataran P4 selama seminggu, dan sudah pakai seragam baru: putih biru. Seluruh
siswa ditampung di satu kelas yang besar, duduk tanpa meja kita mendengarkan
segala macam ceramah dari guru-guru dan cerita dari senior. Aktifitas melulu di
dalam kelas, tak ada push up, apalagi sampai ditinju dan ditendang oleh senior
sampai mati, pokoknya sepekan yang menyenangkan.
Yang masih jelas teringat saat bersiap-siap
jadi siswa baru di esempe, waktu itu saya merancang bagaimana caranya
berkenalan dengan teman-teman baru. Caranya seperti pada umumnya, setiap kali
berdekatan dengan seseorang saya langsung sodorkan tangan dan mengajak
berkenalan. Saya menyebut nama di awal tentu saja, saat itu dalam bayangan saya
akan mudah dan menyenangkan, tapi nyatanya banyak yang bengong saat saya
ulurkan tangan dan menyebut nama.
Tak ingat berapa kali saya memperkenalkan
diri dengan cara begitu, sepertinya bisa dihitung dengan jari, karena kemudian
situasinya seakan tidak menuntut prilaku formal semacam itu. Tanpa bersalaman
atau berkenalan tiba-tiba saja orang yang baru tampak raut mukanya bisa
memanggil-manggil dengan akrabnya. Saya masih ingat beberapa anak memanggil
saya dengan nama yang salah, nama saya Affip dan mereka ada yang memanggil
dengan Hasim dan lain-lain.
Saya ceritakan masa esempe di sini
karena masa itu yang saya anggap paling menyenangkan. Masa selanjutnya hidup
sudah penuh beban dan mengalir begitu saja tanpa rancangan bagaimana harus
menyapa atau bagaimana cara berkenalan. Juga waktu masuk esempe saya
benar-benar sendiri, tak seorangpun teman lama ada di sana. Beda dengan ketika
masuk esema yang ternyata banyak teman lama dan saat kuliah pun ada seorang
teman lama juga.
Masihi, Sugeng, Darmo, Wahyono, Asikin, Sus
Ernawati, ah...rasanya baru kemarin dorong-dorongan di halaman sekolah yang
seluas lapangan sepakbola itu, padahal pasti kalau kini kita ketemu mungkin
sudah sulit saling mengenali.
Sebagai penutup, buat para pembaca kalau
ada yang kenal nama-nama itu tolong sampaikan salam pada mereka dari saya. Sekian
saja dan terimakasih.
5 komentar:
puasa-puasa di ospek nih kasihan juga ya
Beuh saya udah lupa masa esempe saya....
hehe. memang sangat menyenangka mengingat masa lalu ya gan, nanti klo ketemu aku salamin dechm :D
Nandar: ya, ospek mestinya sudah dibuang dari dunia sekolah kita
Mas Huda: dasar pelupa, hahaha
Wisata: tergantung masa lalunya sih
Sekarang sih utk urusan MOS atau OSPEK... murid2 senior itu sangat kreatif membuat aturan dan acara yang aneh2... Semoga saja tak ada lagi kisah MOS atau OSPEK yang memakan korban jiwa.
Posting Komentar