Jumat, 01 Mei 2015

May Day 2015

1 Mei, Hari Buruh, hari Jumat dan hari libur. Itulah sekarang. Di Jakarta buruh-buruh menikmati libur ini dengan bersenang-senang di Jakarta Pusat, tepatnya di sekitar Monumen Nasional—pesta nasi kotak dan nasi bungkus—sehari penuh. Pesta tahunan yang sepertinya akan jadi ritual wajib sampai dunia kiamat. Di desa (saya sedang di desa) buruh ada yang libur ada yang tetap bekerja, yang libur sepertinya tak tahu sekarang sedang hari buruh---atau pura-pura tak tahu, entahlah.


Buruh, atau orang suruhan yang dibayar, siapakah di jaman sekarang orang yang bukan orang suruhan atau orang bayaran? Yang pasti ada, tapi bukan presiden (mungkin ini alasan para buruh pabrik berkumpul di depan Istana Negara, mereka mengajak presiden merayakan hari buruh). Buruh ada di mana-mana, dari dulu sampai sekarang dan sampai nanti pastinya. Oh Tuhan, kenapa Engkau ciptakan banyak manusia hanya untuk menjadi buruh?

Buruh, mereka bisa saja statusnya sama, namun lelakunya bisa jadi berbeda. Buruh, ada yang berangkat pagi pulang sore atau malam karena takut pada atasan.  Tapi banyak yang seakan tak terikat apapun, mereka bisa seenaknya dan membuat orang yang membayarnya pusing tujuh keliling. Seperti di desa, banyak pemilik sawah yang tergantung pada buruh tani sehingga sering buruh seperti bukan orang yang disuruh. Buruh macul bisa seenaknya dan yang membayar cuma ngelus dada. Buruh macul yang malamnya sudah diminta bekerja dan dibayar pun bisa saja esoknya mengembalikan uang bayarannya karena ternyata ada orang lain yang mampu membayar lebih. Rupanya di desa buruh telah meraih kemerdekaannya, beda dengan buruh kota yang terus menuntut hak-haknya dipenuhi.

Dan mungkin ini salah satu bentuk kemerdekaan buruh di desa, mereka setiap hari Jumat biasanya libur kerja. Walau tak semua buruh di desa libur pada hari Jumat, tapi adanya kesepakatan yang tak tertulis ini menunjukkan kemanusiaan buruh dihargai. Mereka yang umumnya muslim harus Sholat Jumat, dan para majikan tak kuasa memaksakan keinginannya. Jadi pada Hari Buruh sekarang, buruh tani, buruh bangunan di desa umumnya libur, cuma bukan merayakan May Day melainkan memuliakan Jumat sebagai hari bersama milik umat.

Sampai di sini saya akhirnya merasa harus mengucapkan selamat “menikmati Mari Buruh”, tentu bagi yang menikmatinya, yaitu mereka yang sekarang sedang berkumpul di Monas karena punya kesempatan tidak merasa bukan sebagai buruh walau cuma sehari dalam setahun. Semoga besok ketika kembali menjadi buruh pabrik tetap bisa merasa bukan buruh, tapi sebagai orang merdeka yang sedang membantu memajukan perusahan yang dianggapnya layak dibantu oleh dirinya.

Selamat. Selamat, sekali lagi selamat.


5 komentar:

Jellygamatgoldg31 mengatakan...

ditempat kerjaku ga libur duh :(

Nuel Lubis, Author "Misi Terakhir Rafael: Cinta Tak Pernah Pergi Jauh" mengatakan...

Baru tau kalau di desa, buruh tuh kayak gitu.

Yudi Darmawan mengatakan...

efek kerja 8 jam sehari membuat buruh banyak jadi jomblo juga, saya dukung penurunan kerja buruh.. :D

Muhammad A Vip mengatakan...

Tukang Jelly: kudu didemo tuh
Nuel: makanya ke desa, bro :-p
Yudi: di kampung banyak anak muda nganggur jomblo juga

Yudi Darmawan mengatakan...

nah apalagi kalo sudah nganggur harus ikut demo may day, kapan cari pacarnya coba, haha..