Jumat, 08 Mei 2015

Misteri Bedogan dan Tol Pejagan-Pemalang

Beberapa hari lalu di laman grup facebook  Celoteh Brebes Membangun ada berita disertai foto tenteng penemuan sesosok mayat tanpa kepala di dekat rel kereta. Penemuannya yang di dekat rel kereta sudah tentu kesimpulannya korban meninggal karena terserempet kereta. Cuma entah tersermpet atau tertabrak, dari foto yang diunggah kondisi tubuhnya tampak utuh dengan kondisi pakaian tak berlumuran darah, kepalanya saja yang tidak ada. Benarkah mayat tanpa kepala itu tertabrak kereta, atau korban Bedogan?
 
Bedogan. Ini adalah istilah yang hidup di desa kami dan sekitarnya untuk menyebut penculik manusia yang keliling ke desa-desa dengan mobil (di Tegal ada yang menyebutnya Werek). Anak-anak sekarang mungkin sudah tidak akrab lagi dengan istilah bedogan ini, tapi orang-orang tua atau anak-anak yang tumbuh di era sembilanpuluhan ke bawah pasti biasa mendengar istilah ini. Karena para orang tua biasanya menakut-nakuti dengan “bedogan” agar anak-anaknya tidak bermain jauh. Saya masih ingat waktu anak-anak, setiap kali melihat mobil jip, kami sudah pasti berlarian sembari berteriak “bedogan, bedogan”.

Entah benar atau sekedar kabar burung “bedogan” ini, yang pasti cerita tentang adanya para pencari tumbal kepala manusia untuk ditanam sebagai pondasi pembangunan jembatan benar-benar hidup di tengah warga. Apalagi sekarang sedang ada proyek Tol TransJawa jalur Pejagan-Pemalang yang melewati daerah kami, dipastikan para orang tua—terutama yang usia lanjut—meyakini ada puluhan bahkan ratusan kepala manusia yang sudah ditanam di jembatan-jembatan yang kini sedang dibangun.

 salah satu jembatan atau terowongan Tol Pejagan-Pemalang yang sedang dibangun

jembatan-jembatan kecil seperti ini banyak jumlahnya
Saya sendiri meyakini “hantu” bedogan ini dan hantu-hantu lainnya sebenarnya hanya rekaan orang tua dengan maksud menakut-nakuti agar anak-anak menurut pada mereka. Dengan menggunakan bedogan orang tua berusaha mengontrol anak-anak agar tidak bermain di jalan raya; juga dengan kalongwewe anak-anak dihalau agar masuk rumuh di senjakala. Namun walau saya yakin semua itu bohong, saya tak bisa mengabaikan begitu saja ketika ada cerita tak berbukti itu. Saya tetap saja menyimak dan membaca segala kemungkinannya.

Adakah diantara pembaca yang pernah melihat bedogan?











1 komentar:

Mang_Lembu mengatakan...

budaya bedogan mungkin saja terjadidijaman perang kemerdekaan, tapi jaman dunia maya begini rasanya bedogan udah ngga ada lagi deh, kecuali yang tersambar kereta itu mah