Kamis, 08 Maret 2018

Hari Raya Perempuan Sedunia


8 Maret. Hari Perempuan Internasional. Pikiran saya langsung melesat ke masa enam belas abad lampau. Waktu itu di gurun pasir tandus yang lelakinya begitu dominan ada seorang perempuan kaya raya menikahi seorang pemuda yang adalah pegawainya. Di Makkah, Siti Khodijah (40 tahun) menikah dengan Muhammad SAW (25 tahun), apakah ini peristiwa yang lumrah waktu itu di sana? Jika jawabannya iya mestinya awal sejarah Hari Perempuan ini bisa sampai jauh ke masa itu.


Di zaman sekarang ada perempuan tua menikah dengan anak muda hebohnya minta ampun. Ada bule Jerman menikah dengan pemuda desa di pedalaman Indonesia beritanya sampai berbulan-bulan. Saya tidak tahu motif pemberitaan itu, apaakah sedang menonjolkan kehebatan seorang lelaki yang bisa menaklukkan wanita, atau wacana tentang wanita yang berani mengambil keputusan kontroversial? Apapun motifnya saya meyakini bahwa sejak zaman awal antara laki-laki dan perempuan tidak ada persoalan serius soal posisi dalam kehidupan. Mereka sama-sama manusia yang memiliki perbedaan.

Hari Perempuan Internasional mestinya di zaman yang menjelang kiamat ini, pembahasannya lebih kepada capaian-capaian hebat yang telah dilakukan oleh perempuan-perempuan hebat dengan tetap melihat tradisi sebagai sesuatu yang layak dihargai. Peremuan hebat bisa jadi inspirasi bagi banyak perempuan di manapun di muka bumi ini, dan tradisi di masyarakat kelas bawah pun merupakan  keniscayaan yang tentu saja sangat bernilai.

Terus-menerus ribut soal kesetaraan hanya menguatkan kebodohan. Faktanya hidup tak pernah kosong dari laku mengatasi dan membawahi. Perempuan lebih unggul dari laki-laki sudah ada sejak zaman entah apa namanya. Yang penting adalah kesadaran untuk tidak saling menganiaya satu sama lain. Yang kuat tidak menindas yang lemah, yang di bawah mengakui kelemahannya dan sabar menjalani tangga kehidupan.

Hehe…saya kenapa seperti sedang berkhotbah ya? Padahal niatnya cuma posting demi mengisi blog yang lebih sering ditinggal ini. Selamat Hari Perempuan saja lah, dan buat ibu saya yang pastinya perempuan semoga panjang umur dan selalu bahagia.

2 komentar:

Nadia K. Putri mengatakan...

Saya terharu membaca tulisan ini. Betul-betul bijak. Dan, saya teringat sebuah kesimpulan dari hasil komentar pos bersifat "tubir" (ribut) di LINE: "memanusiakan manusia". Cukup itu. Mungkin manusia zaman now lebih cepat bereaksi dengan isu-isu yang membawa gemuruh di dada mereka. Namun lelet ketika ada isu yang sangat important to react. Hehehehe, begitulah :)

Muhammad A Vip mengatakan...

ya begitulah hahaha