Kamis, 12 April 2018

BELAJAR KE MANCHESTER


Manchester, adalah sebuah nama yang akrab di telinga karena sering disebut dan tak pernah jauh dari pandangan mata sebab tulisan namanya ada di mana-mana. Saya yakin fenomena ini terjadi di seantero dunia. Siapa tidak membicarakan Manchester United dan Manchester City, dua klub sepakbola Liga Primer Inggris yang kini sedang menguasai puncak klasmen. Anda tak kenal? Payah!


Mari kita belajar ke sana. Belajar apa? Bukan belajar bahasa Inggris atau belajar main sepakbola. Kita belajar melihat, belajar melihat dari jauh tentang kenyataan kehidupan. Menerawang. Dan untuk belajar ini kita tetap di sini saja, tak perlu repot-repot jalan ke Inggris, tak peru pusing ongkos jalan dan tetek-bengek keperluan perjalanan. Cukup duduk santai, sambil menikmati teh pahit hangat.

Sebagai awalan kita teropong peristiwa yang sedang hangat di sana hari ini, peristiwa hancurnya Manchester City di kompetisi Liga Champions Eropa. The Citizen sang Manchester biru yang begitu perkasa beberapa pekan lalu dan diprediksi sukses musim ini, ternyata di pekan-pekan terakhir ini terguling-guling baik di kompetisi lokal maupun Eropa. Medio pekan lalu kalah di kandang Liverpool, pada akhir pekan kalah lagi dari rival sekota dan dini hari tadi rontok lagi. Siapa sangka, padahal banyak yang berharap si biru berjaya.

Apa yang bisa dipelajari dari ini? mengingat kini kita di sini sedang jago-jagoan dalam pilkada bahkan pilpres yang masih setahun lagi, menyimak apa yang menimpa dua klub Manchester itu rasanya penting saja. Manchester United yang pada awal musim kompetisi tampil memukau—banyak pengamat yakin bisa juara—dan pembelian pemainnya dianggap terbaik ternyata limbung di tengah jalan. Pelatihnya yang hebat jadi bahan ejekan dan dikeluhkan. Striker utamanya yang di awal musim moncer pun tiba tiba mandul. Ada pemain super mahal di sana, tapi seperti hilang tajinya. Ada apa?

Manusia boleh sombong, merasa bisa berbuat apa saja karena punya modal kuat, tapi tak selalu kerja keras berujung sukses. Yakin boleh saja, tapi terlalu yakin bisa jadi gila. Di kampung saya ada orang yang sampai sekarang tetap sinting gara-gara calon presiden yang didukunngnya beberapa tahun lalu kalah. Dan siapapun yang sedang bersaing dalam hal apapun mestinya menyadari bahwa Tuhanlah penentu segalanya.

Sampai di sini, yakinkah anda Tuhan ada di kota Manchester? Jika anda merasa sulit melihat yang jauh, apalagi masih sukar mengenali Tuhan, baiknya saya sudahi saja sampai di sini. Selamat malam.



Tidak ada komentar: