Manchester,
adalah sebuah nama yang akrab di telinga karena sering disebut dan tak pernah
jauh dari pandangan mata sebab tulisan namanya ada di mana-mana. Saya yakin
fenomena ini terjadi di seantero dunia. Siapa tidak membicarakan Manchester
United dan Manchester City, dua klub sepakbola Liga Primer Inggris yang kini
sedang menguasai puncak klasmen. Anda tak kenal? Payah!
Mari
kita belajar ke sana. Belajar apa? Bukan belajar bahasa Inggris atau belajar
main sepakbola. Kita belajar melihat, belajar melihat dari jauh tentang kenyataan
kehidupan. Menerawang. Dan untuk belajar ini kita tetap di sini saja, tak perlu
repot-repot jalan ke Inggris, tak peru pusing ongkos jalan dan tetek-bengek
keperluan perjalanan. Cukup duduk santai, sambil menikmati teh pahit hangat.
Sebagai
awalan kita teropong peristiwa yang sedang hangat di sana hari ini, peristiwa
hancurnya Manchester City di kompetisi Liga Champions Eropa. The Citizen sang
Manchester biru yang begitu perkasa beberapa pekan lalu dan diprediksi sukses
musim ini, ternyata di pekan-pekan terakhir ini terguling-guling baik di
kompetisi lokal maupun Eropa. Medio pekan lalu kalah di kandang Liverpool, pada
akhir pekan kalah lagi dari rival sekota dan dini hari tadi rontok lagi. Siapa sangka,
padahal banyak yang berharap si biru berjaya.
Apa
yang bisa dipelajari dari ini? mengingat kini kita di sini sedang jago-jagoan
dalam pilkada bahkan pilpres yang masih setahun lagi, menyimak apa yang menimpa
dua klub Manchester itu rasanya penting saja. Manchester United yang pada awal
musim kompetisi tampil memukau—banyak pengamat yakin bisa juara—dan pembelian
pemainnya dianggap terbaik ternyata limbung di tengah jalan. Pelatihnya yang
hebat jadi bahan ejekan dan dikeluhkan. Striker utamanya yang di awal musim
moncer pun tiba tiba mandul. Ada pemain super mahal di sana, tapi seperti
hilang tajinya. Ada apa?
Manusia boleh sombong, merasa bisa berbuat apa
saja karena punya modal kuat, tapi tak selalu kerja keras berujung sukses. Yakin
boleh saja, tapi terlalu yakin bisa jadi gila. Di kampung saya ada orang yang
sampai sekarang tetap sinting gara-gara calon presiden yang didukunngnya
beberapa tahun lalu kalah. Dan siapapun yang sedang bersaing dalam hal apapun
mestinya menyadari bahwa Tuhanlah penentu segalanya.
Sampai
di sini, yakinkah anda Tuhan ada di kota Manchester? Jika anda merasa sulit
melihat yang jauh, apalagi masih sukar mengenali Tuhan, baiknya saya sudahi
saja sampai di sini. Selamat malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar