Minggu, 15 April 2018

BULAN ISRO MI'ROJ: KAPAN?


Memperingati Isro Mi’raj, dalam kenanngan saya adalah penyelenggaraan acara pengajian umum, dimana ada keramaian dengan mengundang kiai untuk berceramah tentang salah satu peristiwa penting dalam Sejarah Islam yakni diperjalankannnya Nabi Muhammad SAW ke Sidrotil Muntaha. Saya masih ingat, pertama kali terlibat dalam peringtaan Isro Mi’raj waktu itu kelas empat Madrasah Ibtidaiyah—bantu-bantu mengantar kue-kue buat jamaah.


Sayang, musholla yang dulu rutin menyelenggarakan pengajian tahunan itu kini sudah tidak lagi mengadakannya.  Tapi sudah lazim peringatan Isro Mi’roj diadakan sepanjang bulan Rojab di  banyak masjid, cuma dengan acara yang begitu-begitu saja. Memang harus bagaimana lagi? Daya kreatifitas ummat memang tak pernah beranjak, bahkan ketika hidup semakin dimudahkan oleh tekhnologi.

Acara peringatan Isro Mi’roj di Indonesia, sama seperti hari besar Islam yang lain jadi acara rutin kenegaraan. Pun pada tanggalnya ditetapkan sebagai hari libur nasional. Mestinya setelah negara menjadikan Isro Mi’roj sebagai peristiwa penting, ormas Islam menindak-lanjutinya dengan kegiatan-kegiatan besar bersekala nasional, seperti pekan Isro Mi’roj misalnya. Atau bulan Isro Mi’roj, yang di dalamnya diadalan banyak acara yang mendidik-mencerahkan.

Sepinya peringatan Isro Mi’roj pasti tidak menggelisahkan, walaupun sangat disayangkan. Padahal pada peristiwa itu ada hal penting yang semestinya jadi bahan kajian. Peristiwa Isro Mi’roj penting karena berkaitan dengan “sholat”. Sholat disebut tiang agama, betapa pentinya sholat, tapi kita merasa cukup menganggapnya sebagai ritual penyembahan Tuhan semata.

Dan bicara soal kegelisahan ini, bisa jadi ada yang gelisah, cuma mereka tak mampu berbuat banyak. Mengenai hal ini saya menduga tukang bikin kalender juga gelisah, buktinya saya kenali dari dua kalender yang ada di rumah yang ternyata menunjukkan tanggal peringatan Isro Mi’roj yang berbeda. Sepertinya tukang kalender itu sedang menunjukkan kegelisahannya sekaligus mengingatkan kita agar memperingati Isro Mi’roj tidak cuma sehari.

Ya, ada dua kalender di rumah yang tanggal merahnya berbeda, yang satu pada tanggal 13 April (hari Jum’at) dan yang lainnya tanggal 14 (hari Sabtu). Mana yang benar, apakah tanggal 13 atau tanggal 14 saya rasa tidak penting, bukankah perbedaan itu rahmat?


Jadi yang penting sekarang tinggal bagaimana mensyukuri rahmat itu. Bagaimana caranya? Bisa dengan mengadakan Bulan Isro Mi’roj Nasional. Di sana diadakan lomba menulis blog bertema perjalanan Nabi SAW yang luar biasa itu, hadiahnya pergi haji, pasti luar biasa. Bagaimana saudara-saudara?

Selamat long weekend aja deh!

Tidak ada komentar: