Ternyata
hari pencoblosan gambar calon gubernur di Pilkada
Jateng tinggal 66 hari di depan. Dua bulan lagi (tanggal 27 Juni 2018). Tapi
suasananya adem ayem saja. Memang ada debat kandidat di tivi, ada berita seru
di Koran, tapi suasana di desa meneng
anteng, warga sepertinya kurang bergairah. Tak banyak poster dan baliho,
tak ada kaos gambar paslon yang sedang bersaing. Beberapa baliho yang sempat
majang pun kini sudah banyak yang hilang—ada yang roboh tak ditegakkan lagi.
Awalnya
saya hanya bertanya-tanya dalam hati, eh ternyata waktu diundang selametan beberapa hari lalu ada orang
yang bicara panjanng lebar soal ini. dia bilang, dulu pemilihan lurah saja
ramainya begitu rupa: poster bertebaran sepanjang jalan, warga bergairah dalam
mendukung para calon. Sekarang, tak ada tanda-tanda tim sukses salah satu
paslon melakukan gerakan-gerakan
berarti. Warga pun secara umum bungkam menghadapi pemilu.
Ada
yang bilang, tim sukses sedang menunggu waktu yang tepat. Sekarang duit ditahan
dulu, nanti menjelang akhir kampanye dana digelontorkan habis-habisan. Masuk akal
juga pendapat ini, apalagi hari-hari terakhir kampanye bertepatan musim
lebaran, ada kemungkinan pada saat itulah perang yang sesungguhnya berlangsung.
Patut ditunggu apa yang akan terjadi nanti.
Dibanding
Pilkada tahun lalu saat pemilihan Bupati Brebes, tahun ini memang benar-benar meneng anteng. Tahun lalu saya jadi Pengawas
TPS, tiga bulan sebelum hari pencoblosan rekrutmen sudah tuntas, saat ini—dua bulan
jelang pencoblosan—belum ada kabar pendaftaran calon Pengawas TPS.
Mungkin
ada baiknya begini, tak ada keramaian dan tak ada ribut-ribut, baik itu di
media sosial ataupun di jalanan. Warga tetap acuh tak acuh pada pemilu, mereka
memendam pilihannya di dada, tapi sadar dalam menentukan pilihan. Hidup
Indonesia !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar