Duapuluh
delapan tahun lalu, ketika Piala Dunia dilangsungkan di Italia saya tidak ingat
berapa pertandingan yang sempat saya saksikan. Yang saya ingat waktu itu saya nonton bareng almarhum bapak nggelar kasur di depan tivi dan sedang suka dengan Argentina yang juara di helatan sebelumnya. Dan satu lagi
yang saya ingat adalah acara pembukaannya yang di sana ada lagu To Be Numbre One yang bagi saya keren. Untuk
timnas Inggris yang pada saat itu masuk semifinal, saya benar-benar tak ingat sama sekali.
Sekarang
sedang heboh timnas Inggris jadi semifinalis Piala Dunia setelah terakhir kali
mengalaminya pada Piala Dunia 1990 di Italia. Dan sekarang saya sedang jadi
pendukung Inggris setelah tak lagi suka Argentina gara-gara kelakuan Maradona
yang katro. Tapi saya tidak sedang
gembiraloka, justru yang saya alami sekarang gelisah dan ingin cepat-cepat
Piala Dunia Rusia ini selesai. Oh, beginikah rasanya jadi supporter tim
sepakbola?
Saya
orang Indonesia yang belum pernah ke Inggris sama sekali, tapi kenapa bisa menjadi
pendukung Inggris? Inginnya jadi supporter semua tim dan bisa ikut senang di
setiap akhir pertandingan, tapi seperti jatuh cinta pada seorang wanita, sulit
dinalar kenapa harus ada satu wanita yang menguras perasaan dan perhatian padahal ada
banyak pilihan yang mungkin saja di antara mereka ada yang lebih baik. Bahkan yang
satu itu walau bisa membuat hati senang, lebih seringnya justru bikin perasaan
tak menentu.
Yang
jelas Piala Dunia 2018 menyisakan empat tim dengan peluang yang tidak jauh
berbeda untuk jadi juara. Prancis mungkin paling diunggulkan, nomor dua anggap
saja Inggris lalu Belgia. Untuk Kroasia, selain warganya sendiri adakah yang
menginginkan mereka juara? Semoga sisa beberapa pertandingan nanti tetap
menarik, dan Inggris lolos ke final karena kalau sampai kalah dari Kroasia saya
bisa tak tertarik nonton acara final.
Dig
dag dig dug dig dag dig dug… hihihi…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar