Selasa, 14 Agustus 2018

NONTON PREMIER LEAGUE LAGI, BRO !


Sepertinya, akhir pekan kemarin adalah akhir pekannya para pecandu sepakbola, khususnya di tanah air. Bagaimana tidak, Timnas Indonesia U-16 juara Piala AFF 2018 dan gelaran kompetisi sepakbola negara-negara Eropa idaman sudah bergulir. Selamat buat Timnas U-16, walau sepanjang mereka berjuang saya hanya sekali menonton, tapi saya merasa berhak ikut senang dengan capaian mereka, semoga mereka tetap berprestasi dan tidak melempem di kemudian hari. Saya  juga sama seperti penggila sepakbola negeri ini dan dunia yang menunggu kompetisi di negara-negara Eropa bergemuruh lagi, ikut bergembira mengetahui Liga Primer Inggris sudah menggelar pekan pertamanya.


Menonton sepakbola anak-anak di negeri ini memang lebih menarik daripada menyaksikan senior mereka. Anak-anak kita di manapun ketika bermain sepakbola selalu antusias dan ekspresif sehingga enak dilihat aksi-aksinya, sama seperti menonton sepakbola kelas dunia di Eropa yang kompetisinya disiarkan di banyak negara. Dan karena tidak ada siaran pertandingan anak-anak di televisi lokal maka saya pun lebih sering nonton sepakbola Eropa, terutama EPL (English Premier League) atawa Liga Inggris yang pelakunya—pemain dan penontonnya-- begitu antusias dan ekspresif tapi tidak anarkis.

Kenapa Liga Inggris?  Ya, karena itu mungkin, gaya permainan sepakbola tradisional Inggris yang menurut saya tak jauh beda dengan sepakbola anak-anak. Walaupun beberapa tahun belakangan sepakbola Inggris sudah banyak berubah setelah masuknya pemain-pamain asing terlebih para pelatih dan manajer asing membawa taktik dan gaya dari negara asal mereka, namun pertandingan-pertandingan gaya Inggris yang ekspresif dan cepat masih belum hilang. Bintang-bintang sepakbola bertebaran di beberapa kompetisi di negara-negara Eropa, tapi Liga Inggris rasanya masih jadi yang paling banyak penggemarnya karena ada susuatu yang khas di sana.

Pada pekan pertama yang sudah berlangsung, dari skor yang dihasilkan dan berita yang mengikutinya bisa dirasakan kompetisi ini begitu menggairahkan. Manajer-manajer top yang saat ini ada di sana tidak hanya beradu taktik di lapangan, merekapun bersitegang hampir sepanjang waktu selama musim kompetisi. Para manajer itu sering saling sindir dan beradu mulut satu sama lain, dengan wasit pun berseteru, pemain dan suporter bahkan sering seperti tak mampu menahan emosi, tapi antara lapangan dan tribun penonton tetap tak ada pembatas. Gairah di dalam lapangan dan di luar lapangan tetap gairah permainan, tak ada kekhawatiran berlebihan sebagaimana jamak terjadi di sini. Kegairahan positif yang menular, yang membuatnya layak jadi tontonan dunia.

Tidak penting bagi saya siapa yang akan jadi juara di akhir musim nanti, MU boleh, Chelsea silahkan, Manchester City lagi nggak apa-apa, Liverpool apa lagi, bagi saya menonton dan merasakan hal-hal positif setiap  menonton pertandingan jauh lebih penting. Sungguh tak terasa, sudah lebih dari duapuluh tahun saya menggemari Liga Primer Inggris, akan sampai kapan coba?

2 komentar:

Djangkaru Bumi mengatakan...

Tapi jangan lupa, Dulu di inggris, sepak bolanya juga tidak kalau kacau balaunya. Bahkan lebih seram dan menyeramkan. Tapi berkat peraturan yang ketat dan disiplin, serta pendidikan yang tinggi. Akhirnya bisa tertib.
Terus terang saya, saya tidak begitu penyuka atau maniak dengan bola. Jadi tidak tahu mana yang menang.

Muhammad A Vip mengatakan...

di Inggris ada holligans, sekarang memang lebih baik nggak lagi model suporter kita yang terus brutal