Minggu, 06 Januari 2019

SENYUM NIKITA TANPA TUTUP KEPALA


Heboh lagi soal jilbab setelah Nikita Mirzani yang sempat beberapa bulan berkerudung kini brondol kembali (saya sudah menanti ini bakal terjadi). Memangnya apa itu jilbab sampai bikin orang marah-marah ketika ada orang punya dan memamerkannya lalu membuangnya ke tong sampah? Dulu pernah ada seorang gadis karena demen sama saya mendadak berjilbab padahal biasanya tampil seksi, saya tak meladeninya karena saya tertariknya pada saudaranya dan tak lama dia lepas itu pembungkus kepala. Tak ada yang aneh, manusia memanfaatkan sesuatu ketika sedang punya keinginan itu biasa.


Fenomena jilbab memang sudah luar biasa setelah hampir tigapuluh tahun dilegalkan bagi anak sekolah. Dulu kerudung tak beda dengan mukena yang dipakai hanya pada saat tertentu. Pada masa saya sekolah dasar di Madrasah Ibtidaiyah, waktu itu anak-anak perempuan belum berkerudung hingga masuk tiga guru perempuan secara bersamaan dan bersama itu pula para siswi pun berjilbab. Kini perempuan berkerudung ada di mana-mana, apapun bentuk pakaian yang mereka kenakan: ibu-ibu belanja di warung pakai daster di atas lutut bulu keteknya berkibaran, gadis cantik sexy pakai celana legging geal-geol senam di lapangan, nenek-nenek tunawisma tidur di jembatan penyebrangan, semua berjilbab dengan model yang hampir sama.

Hasil gambar untuk nikita mirzani
Memang sudah terlanjur diresmikan (oleh pemerintah?) jilbab sebagai penanda keislaman seseorang. Sehingga bagi mereka yang kebetulan di katepe-nya beragama Islam tapi tak berjilbab dianggap masih meragukan keislamannya, bagamanapun dia solehah (melakukan sesuatu yang baik untuk orang banyak) dan tidak pasang tampang seram. Padahal di film-film para biarawati  kristen juga berjilbab dan saya yakin perempuan Arab sebelum zaman Nabi Muhammad saw pun berkerudung dengan alasan geografis (laki-lakinya pun berkerudung). Perintah dalam Al Quran adalah memanjangkan kerudung untuk menutupi dada yang sangat mungkin perempuan zaman dulu punya kebiasaan pamer payudara—di Jawa konon kutang baru ada setelah masuk orang Eropa dan di pedalaman Bali hingga kini peremuan masih banyak yang telanjang dada di tempat umum.

Dan sebagaimana sesuatu pada umumnya di alam raya ini, jilbab memiliki dua sisi yang bisa baik dan bisa buruk. Jilbab bisa jadi menunjukkan pemakainya sebagai wanita terhormat pun bisa jadi semacam tameng milik penjahat. Beberapa hari lalu di sebuah pengajian seorang Kiai menasehati jamaahnya agar setiap datang ke acara tabligh tidak memakai perhiasan macam-macam karena mengundang kejahatan, dan benar ketika esoknya di dekat rumah ada pengajian (padahal acaranya di gang sempit perkampungan) terjadi beberapa penjambratan yang pelakunya menurut beberapa saksi segerombolan perempuan berjilbab gombrang bercadar. Saya jadi ingat Prancis melarang perempuan mengenakan burka di tempat umum dengan alasan ketertiban.

Berkerudunglah para wanita atau bersarunglah bagi laki-laki, selama itu nyaman bagi diri sendiri dan tidak mengganggu orang lain, bisa saja hal itu bernilai ibadah. Tapi kalau yang semacam itu membuat diri sombong, apalagi diniati untuk menipu orang lain, itu jelas kejahatan. Dan kepada NIkita Mirzani: hallo sayang, kapan kita ketemuan?

9 komentar:

Alekpedia mengatakan...

Sebaik-baik wanita, yaitu yang selalu menjaga Auratnya...

Adie Riyanto mengatakan...

hahahahaha ujung2nya modus :)

Muhammad A Vip mengatakan...

Alek: yang menjaga kemaluannya haha
Adie: hahaha

Nadia K. Putri mengatakan...

Sudah saya duga, konsisten itu teruji oleh pengalaman dan tempaan hehe

Akhmad Muhaimin Azzet mengatakan...

Di sinilah betapa penting sebuah niat dalam setiap amalan itu ya Kang...

Saleho mengatakan...

dia lepas hijab ya mas
digawe dolanan saja kayaknya niatnya belum fit satus persen

Tanza Erlambang - Speed Up mengatakan...

so sweet...

Ramadani Idaham mengatakan...

Hehe...gua mah senyum-senyum aja sambil mikir nggak jelas ckck

Saleho mengatakan...

aku rasa mbak nikita ini kurang pendiriannya kurang kuat