Sabtu, 05 Januari 2019

ADA YANG LAMA DI TAHUN BARU


Masih dalam suasana Tahun Baru, tapi sudah tak ada lagi orang bicara tentang tahun baru—sedtidaknya di sekitaran saya. Saya jadi membaca ini sebagai tanda bahwa manusia atau kebanyakan manusia tak suka menengok ke belakang kalau tidak terpaksa haha. Menjelang tahun baru ramai-ramai rebut resolusi, sudah masuk tahun baru semua pun berburu hasil yang ada di depan, malas bicara masa lalu. Apakah masa lalu memang tidak perlu?



Bicara masa lalu bagi saya pribadi, adalah sesuatu yang menyenangkan. Sering saya mengunjungi teman-teman lama atau teman masa kanak-kanak hanya untuk bicara masa lalu. Tak semua kenangan di masa lalu menyenangkan tentu saja, ada banyak yang menyakitkan atau memalukan, namun justru dengan mengunjungi masa lalu untuk membicarakan hal-hal yang memalukan itu malahan bisa mengubahnya jadi sebaliknya. Menertawakan kesialan di masa lalu ternyata bisa mengurangi beban batin akibat kesialan itu. Sedangkan untuk masa depan saya justru tak begitu antusias, mungkin karena terlalu bergairah dengan masa depan lebih sering mendatangkan kecewa.

Dan bicara masa lalu lagi, kemarin tanpa sengaja (tentu saja) saya nemu uang koin lama pecahan seratus rupiah. Sebagai manusia Jaman Old saya lumayan banyak mengenal jenis koin walau tak semua pernah saya gunakan. Pecahan seperti Rp 1,- walau cuma sekali dua kali pernah melihatnya sebagai sisa masa lalu yang tak lagi dibutuhkan. Rp 5,- kebawah dulu bahannya seperti koin Rp 500,- sekarang dengan ukuran yang lebih tebal dan lebih besar. Pecahan Rp 10,- bahannya kuning seperti pecahan limaratusan kuning sekarang dengan ukuran kecil dan tipis. Ada juga pecahan Rp 25,- yang mirip dengan uang koin seribuan dengan ukuran lebih kecil, terkenal sebagai lawean. Dan pecahan koin tertinggi waktu saya kecil adalah seratus rupiah yang juga jadi pecahan terendah dalam uang kertas .

Saya tak akan bercerita banyak tentang kenangan di sini, hanya sekedar bicara bahwa masa lalu itu ternyata perlu. Sseperti uang seratusan lama yang baru saya temukan di jalan itu, saya anggap perlu karena bahan dan ukurannya yang besar dan tebal membuatnya bisa untuk kerokan. Saya biasanya kalau masuk angin obatnya cukup kerokan, dan pakai koin kecil model sekarang rasanya tidak enak atau perih, koin lama yang tebal dan lebar rasanya lebih nyaman.  Juga siapa tahu uang hasil mungut di jalan itu bisa jadi barang antik yang entah kapan waktunya ada kolektor nyari-nyari dan mau membayar mahal. Masa lalu memang perlu .

3 komentar:

Djangkaru Bumi mengatakan...

Mentertawakan masa lalu itu perlu. Saya suka dan sering sekali mentertawakan kekonyolan dan kesialan masa lalu. Obat stres.

Nadia K. Putri mengatakan...

Koin zaman old memang gold. Tapi tampaknya tidak begitu diterima saat saya menabung di bank. Harus ditukar dulu. Dan batas penukarannya, saya tertinggal. Yasudah deh, dikoleksi saja. Siapa tau ada kolektor yang memburu kan?

Lusi mengatakan...

Selamat tahun baru. Saya bukan tim kerokan. Saya tim minum panadol :)