Sabtu, 14 Maret 2020

CORONA DAN UMAT BERAGAMA

Tak cuma korbannya yang terus melonjak jumlahnya ternyata, pergerakan COVID-19 ini pun telah membuat banyak umat beragama mengubah prilaku. Seperti siang kemarin di Singapura telah banyak masjid yang tidak menyelenggarakan sholat Jumat. Dari detik.com konon ada 70 masjid yang secara resmi ditutup untuk acara yang melibatkan orang banyak, diantaranya sholat Jumat. Di beberapa negara muslim seperti di Afrika tradisi bersalaman dan berpelukan usai sholat berjamaah pun sudah diganti dengan adu sikut atau yang lainnya. Di tempat saya masih seperti biasa.


Beberapa pekan lalu ketika wabah Corona ini baru mewabah di Cina, sempat ada seorang penceramah agama yang mengatakan virus ini sebagai tentara Allah yang menghukum pemerintah Cina yang telah dlolim pada muslim Uighur, atau ada seorang teman yang mengatakan virus ini sebagai adzab untuk orang Cina yang ateis. Tadi siang seorang anak kecil juga ikut membicarakan Corona ini yang ada kaitannya dengan itu, katanya orang Wuhan yang masuk Islam tidak kena virus ini. Entah bagaimana tanggapan mereka yang asal ngomong itu sekarang setelah wabah ini pun telah membuat muslim juga kalang kabut. Setelah sebelumnya dikabarkan muslim tidak bisa umroh karena Masjidil Harom ditutup, sekarang masjid-masjid juga ikut jadi tempat tertutup yang tak boleh dijadikan tempat berkumpul.


Di Indonesia lonjakan pasien Corona hari ini meningkat drastis, kemarin 34 kini sudah 69 dengan empat orang dipastikan meninggal. Akan seperti apa dampaknya pada prilaku keagamaan kita nantinya, setidaknya kita bisa menunggu kabar sampai esok hari Minggu, apakah ada gereja libur atau tidak. Kalau terus memburuk keadaannya bukan tidak mungkin apa yang hari ini terjadi di Singapura akan berlangsung di sini juga. Apalagi WHO sudah meminta pemerintah kita agar mengumumkan Darurat Nasional terkait pandemi  ini.


Seorang teman di Depok ketika ada berita pertama tentang Corona di Indonesia saya ingatkan agar hati-hati karena tempat tinggal dia tak jauh dari lokasi dua pasien awal itu, dasar orang kita, dia dengan enteng menjawab Corona tak mungkin menyerang seorang ahli ibadah. Semoga pemerintah kita tidak menganggap enteng masalah ini, hingga ada tindakan tepat untuk menyikapi virus yang pergerakannya kian masif dan membuat resah di mana-mana. 


Terus terang saya mulai benar-benar waspada. Apalagi si ahli ibadah katanya mau pulang dari Depok dalam waktu dekat. Ya Allah kuatkan hati kami dalam menghadapi musibah ini.

Tidak ada komentar: