Kukira sudah kemarau, bukan mimpi hujan mengamuk di dini hari. Ya, dari kemarin banyak yang bicara soal musim yang katanya sudah berganti kemarau, mungkin karena sungai kecil di samping rumah airnya sudah kembali surut dan orang-orang yang biasanya ramai mancing sudah tak ada lagi. Padahal hujan terakhir belum sepakan berlalu dan kalau mau mengingat musim hujan baru mulai pada Januari, bisa saja kemarau pun mundur jadwalnya.
Soal hujan yang kembali turun saat orang-orang menganggap musimnya sudah berlalu jelas tak mengagetkan bagiku, sebagaimana kemarin sempat ramai orang-orang mengunggah di medsos gambar peta sebaran Corona di Jawa tengah yang di sana Brebes tempak belum ditandai merah (masih kuning) karena belum ada kasus positif sedangkan wilayah lain seluruhnya merah lalu ternyata pada hari yang sama hasil rapid test ada sembilan orang jemaah tabligh di satu kecamatan terindikasi positif. Hampir tak ada yang bisa kita pastikan untuk saat ini. Pada kondisi seperti sekarang adalah saatnya untuk belajar rendah hati, menyingkirkan jauh-jauh sikap sok tahu. Orang bisa tampak sehat dan bugar, tapi bisa saja dia cerrier. Bayi yang kemarin dikabarkan positif di daerah perbatasan Brebes-Tegal ternyata terpapar oleh bapaknya yang dianggap baik-baik saja sepulang dari bekerja di zona merah.
Lalu bagaimana dengan Habis Gelap Terbitlah Terang? Di Hari Kartini ini ungkapan itu pastinya bakal viral, tapi sampai pukul setengah sembilan setelah gelapnya malam ternyata belum juga ada terang benderang, langit masih gelap dan sejauh mata memandang tetap remang-remang. Walaupun begitu tetap saya ucapkan Selamat Hari Kartini, semoga kita tidak hidup dalam kegelapan pikiran dan bisa memandang hidup dengan cakrawala yang terang benderang.
Selamat pagi, tetap waspada dan selalu berbahagia.
2 komentar:
itu kok gambar bu kartini nya pose mo buka -bukaan? ampun..
Pandemi yang enggan sirna. Semoga kita damai dan sehat selalu
Posting Komentar