Dalam beberapa
hari ini, Kantor Pos di beberapa daerah kembali ramai. Bukan karena orang-orang
sudah bosan kirim surat lewat e mail
atau malas nutul-nutul hape berkirim
pesan lewat WA atau jasa kirim paket swasta pada bangkrut terimbas Corona, lalu
orang-orang kembali ke masa lalu dan Kantor Pos kembali jaya. Kantor Pos
dipenuhi manusia karena di sana sedang ada pencairan BLT (Bantuan Langsung
Tunai) dari Kemensos gelombang kedua. Melihat sambil lalu di beberapa Kantor Pos
di Brebes, di halaman yang tidak seberapa luas orang-orang berdesakan dari pagi
hingga sore (bahkan sampai malam) tanpa mengindahkan protokol kesehatan demi
uang enam ratus ribu rupiah, rasanya gimana
gitu. Selamat berdesak-desakan.
Terhitung mulai
kemarin (4 Juni 2020) pencairan dana bansos (bantuan sosial) kembali berlangsung
dengan cara seperti biasa--bergilir. Dari jadwal yang beredar di media sosial,
tiap kecamatan menetapkan lima desa setiap hari, dengan waktu yang sudah
ditetapkan berkisar dua jam per desa. Sebagaimana pada pencairan tahap pertama,
warga yang mendapat bansos pada tanggal dan jam yang telah ditentukan
mendatangi Kantor Pos dengan memabawa surat undangan yang berisi QR Code, menyertakan
e KTP dan KK, untuk mengambil jatah uang tunai yang sudah tersedia.
Dengan cara yang
sesederhana ini mestinya tak perlu pengerahan massa seperti saat ini. Di
sebelah sana ada yang berkoar “Jaga jarak…jaga jarak!” di sini orang-orang dikumpulkan
di tempat sempit lalu disuruh berdesak-desakan. Mestinya warga yang sudah dapat
surat undangan dan telah diberi tahu tata cara pengambilan bansos-nya dibiarkan
saja datang ke kantor pos sesempat mereka. Jadi bansos bulan Juni bisa diambil
selama bulan Juni pada jam kerja, atau melakukan pencairan kapanpun.
Dibilang kacau
memang kacau negara ini. Lihatlah siapa yang mendapat bansos, banyak yang
semestinya berhak justru tidak mendapat bagian. Tetangga saya seorang tukang
becak setiap hari tampak menekuk wajah karena tetangganya yang punya toko dan
punya tempat penggilingan padi dan keturunan orang kaya mendapat bansos
sedangkan dia yang tempat tinggalnya reyot justru tidak dapat bagian. Begitu banyak
ketidakberesan yang membuat orang-orang merasa diperlakukan tidak adil oleh
negara.
Mencapai keadilan
konon memang mustahil di dunia ini, tapi setidaknya bagi mereka yang punya
tanggungjawab menegakkkan keadilan berupaya dengan sungguh-sungguh. Kebobrokan birokrasi
harus diatasi, sistem harus segera diperbaiki. Semoga masa pandemi ini jadi
masa transisi menuju tatanan hidup baru. New Normal katanya, tapi saya maunya
tak usah panjang-panjang, L-nya dibuang saja jadi New Norma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar