Pernah
terjadi dulu saat saya masih SMP ada seorang tukang becak yang mencoba bunuh
diri dengan cara mengunci diri di dalam kamar lalu menggorok leher dengan arit.
Aksi nekatnya ketahuan saat sekarat dan gagal matilah dia. Lalu ada lagi
seorang anak jalanan yang mengaku pernah beberapa kali mau bunuh diri, katanya
dari minum racun sampai mencoba lompat
dari jembatan sudah dicobanya, tapi tak mati juga. Dan kita bisa dengan gampang
mengatakan pada kasus-kasus tadi: “Belum waktunya.” Dan memang demikian.
Abdulloh,
ra. mengabarkan bahwa suatu ketika Ummu Habibah, istri Nabi Saw berdoa, “Ya Alloh, panjangkanlah usiaku bersama-sama
suamiku Rosululloh Saw, serta dengan ayahku Abu Sofyan dan saudaraku Mu’awiyah.”
Rosululloh
Saw pun bersabda, “Engkau memohon ajal
yang sudah pasti (tak dapat diubah). Memohon jumlah hari yang sudah ditetapkan
hitungannya, serta rezeki yang sudah dibagi-bagi yang tak dapat disegerakan
sebelum tiba waktunya, dan tak dapat diundur sedikit pun dari waktu yang telah
ditetapkan. Seandainya engkau memohon perlindungan kepada Alloh Ta’ala dari
siksa neraka atau siksa kubur, itu lebih baik dan lebih bagus.” (HR.
Muslim)
Saya
menulis tentang kematian sekarang karena kemarin baru saja seorang teman SMP
meninggal secara mengejutkan. Teman yang selalu ceria karena pekerjaan dan
kehidupan rumahtangganya yang bisa dibilang sesuai idaman orang-orang zaman
sekarang, yaitu menjadi pegawai negeri dengan posisi bagus dan memiliki
pasangan hidup dan anak-anak yang membanggakan.
Dalam
pergaulan langsung dengan teman-teman maupun dalam pergaulan online almarhumah benar-benar bisa
membuat banyak orang tak ragu menganggapnya orang sukses. Gayanya yang suka
bercanda, rutin mengajak makan-makan dan jalan-jalan pakai mobil pribadi, membuat
teman-temannya selalu menunggu saat bertemu. Apa daya usia manusia telah
ditentukan.
Beberapa
saat lalu karena pekerjaannya membuat dia sering ke daerah-daerah lain sempat
membuatnya kelelahan kemudian sakit. Sempat diswab (karena musim corona) dan
hasilnya negatif dengan kondisi organ tubuh semua baik-baik saja (katanya), yang
semua itu membuat gayanya tak berubah sampai beberapa hari lalu mengabari kami
di Grup WA Alumni SMP bahwa akan tes swab lagi. Rupanya itu komunikasinya yang
terakhir dengan kami, karena kemudian yang muncul pesan WA yang membuat banyak
teman menangis.
Teman
kami itu bernama Heni Lestari, semoga husnul khotimah.
Siapa
sangka mereka yang muda ceria bisa pergi ke akhirat lebih dulu dari mereka yang
sudah tua renta dan kepayahan. Heni Lestari ini setiap Sabtu dan Minggu punya jadwal piket
mengurus ibunya yang sudah sangat tua, almarhumah selalu membagi saat ceria
ketika sedang bersama ibunya. Dan kami pun member komentar: “Semoga panjang
umur .” untuk ibunya. Hmmm…apakah kami lupa berdoa agar dia panjang umur juga?
Ah, umur sudah ada hitungannya.
2 komentar:
semoga kita semua dijauhkan dari hal2 yg demikian...
hargailah hidup.. karena hidup itu cm sekali.. utk mengumpulkan bekal menyongsong hidup yg kekal...
Penghuni: okelah kalo begitu
Posting Komentar