Rabu, 14 April 2021

HORMATILAH ORANG BERPUASA !!!

 

Romadlon sudah melewati hari kedua, berasa waktu melaju cepat sekali. Baru kemarin menghitung hari menuju hari-hari puasa, sekarang sudah menghitung anggaran buat belanja ini dan itu untuk keperluan lebaran sebagai sesuatu yang tak terelakan. Sama tak terelakannya kita dari rasa malas  badan lemas karena tidak boleh makan ini dan itu di siang hari, terlebih di awal Romadlon. Malas dan lemas mungkin sesuatu yang personal, tapi di Indonesia dengan masyarakat mayoritas muslim yang personal bisa jadi massal dan itu bisa dilihat dari keadaan yang tampak mata.

 

Pada hari pertama kemarin saya bepergian dari pagi hingga menjelang sore, betapa sepanjang jalan tak cuma warung makan yang tutup, bahkan toko plastik langganan, toko-toko aneka rupa sampai bengkel motor terpantau tutup. Toko-toko yang buka pun terlihat sepi pengunjung. Jadi bisa dipastikan sebabnya adalah awal bulan puasa. Kita tahu, meski puasa bukan sesuatu yang baru, tapi kebanyakan orang yang berpuasa dari tahun ke tahun seperti dipaksa dalam melakukannya. Dan memulai biasanya memang berat, apapun itu, apalagi sesuatu yang serius dan terpaksa.

 


Ada yang bilang sepinya suasana awal Romadlon sebagai bagian menghormati orang puasa. Bisa jadi begitu, mereka para pemilik toko yang tutup mungkin meniru kebiasaan sekolah-sekolah yang libur satu dua hari di awal bulan agar yang berpuasa terbiasa dulu dengan rasa lapar saat beraktifitas. Apalagi tak cuma berlapar-lapar, selama puasa biasanya orang kurang tidur di malam hari. Di kampung-kampung sudah lazim malam-malam selama Romadlon tak pernah sepi dari bunyi pengeras suara : ada tadarus al Qur’an hingga menjelang tengah malam lalu lewat tengah malam sedikit sudah ada pengamen keliling atau suara bocah-bocah kedombrengan membangunkan sahur.

 

Soal menghormati orang berpuasa, di masyarakat kita memang ada semacam tuntutan dari kalangan yang berpuasa bahkan secara eksplisit. Pernah di kampung saya ada seorang tua marah=marah ketika melihat ada seorang anak muda merokok di siang hari di bulan puasa. Bahakan tak cuma memarahi si pemuda bandel itu, malamnya di musholla ketika taraweh kasusnya pun dibuka di depan jamaah. Razia rumah makan atau sekedar menuntut agar rumah makan memasang kelambu di pintu masuk bisa jadi bukti pula betapa di tengah-tengah kita banyak orang berpuasa ingin dihormati. Anehnya kebisingan selepas tengah malam yang mengganggu kenikmatan orang tidur tidak disalahkan.

 

Memang kesannya lucu, puaasa-puasa sendiri tapi menuntut orang yang tidak berpuasa agar menghormati yang puasa. Mungkin ini hanya persoalan lokal saja, di masyarakat muslim yang lebih matang mungkin yang terjadi sebaliknya. Sebagaiamana diketahui, kewajiban berpuasa itu untuk orang-orang beriman dan orang beriman sudah pasti orang yang benar-benar memahami suatu perkara. Bahwa orang berpuasa itu sedang diuji kekuatan kesabarannya, mestinya semakin banyak ujian semakin senang. Lagipula orang beriman kelasnya lebih tinggi dari orang awam, maka yang mestinya menghormati terlebih dulu adalah yang beriman.

 

Akhirnya saya ucapkan saja selamat berjuang di bulan yang diberkahi ini, kepada yang berpuasa semoga sampai pada ketaqwaan hingga jadi pribadi yang dihormati segenap makhluk di semesta. Dan untuk yang belum berpuasa semoga dianugrahi dorongan ikut berpuasa lalu bisa berpuasa dan dihormati oleh tetangganya yang berpuasa. Salam hormat dari saya untuk semua.

2 komentar:

Mbul Kecil mengatakan...

wah ternyata di sana sampai toko plastik pun tutup...agak aneh juga ya...soalnya kalau di tempat ku masih pada buka sih. Ya seenggaknya yang muslimpun maklum lingkungan kami emang heterogen jadi sama sama saling menghirmati. Yang muslinlm menghormati yang nonmuslim...begitupula yang nonmuslim saling menghormati yang muslim :)

Muhammad A Vip mengatakan...

Gustyanita:terimakasih komentarnya, hormat grak!