Jumat, 16 April 2021

SALAH TIDAK SALAH

 

Pasti banyak yang sedang dongkol sekarang karena hasil pertandingan di perempat final Liga Champions semalam hasilnya tidak sesuai harapan. Terutama pendukung Liverpool yang umumnya militan. Seperti saya, meski sudah menduga Liverpool bakal gagal karena pada pertandingan pertama di stadion Alfredo Di Stefano kandang Real Madrid mereka kalah dengan skor menggigit, tapi harapan bisa membalikkan keadaan di stadion Anfield tetap besar. Karena bagaimanapun terpuruknya Si Merah di Liga Primer Inggris musim ini, Liverpool tetaplah tim hebat yang selalu mungkin untuk jadi juara. Apa daya, Liverpool sepertinya kini sedang berada di musim paceklik.

 

Pacekliknya Liverpool tahun ini semoga tidak menuntut kambing hitam. Walau sejauh ini tidak ada pemain yang disudutkan karena dianggap sebagai biangkerok anjloknya prestasi tim, bisa saja nanti di akhir musim ada yang tak mampu menahan emosi hingga menyerang salah seorang pemain bintang. Hal semacam itu sudah lumrah dan tentu saja itu resiko jadi publik figur—pada suatu siang dipuja-puji, begitu malam dicacimaki..

 Liverpool Resmi Tanpa Gelar Juara Musim Ini

Untuk kandasnya Liverpool di Liga Champions yang paling mungkin disalahkan tentu saja striker, sebab dua pertandingan hanya menghasilkan satu gol padahal ada tiga orang yang telah dikenal berkaki tajam di sana. Salah satunya bahkan sedang bahkan rutin bersaing jadi top skor Liga Inggris. Dia adalah Mohamed Salah, sosok yang dalam beberapa tahun terakhir jadi perbincangan di banyak media karena aksinya telah mampu mengantar Liverpool kembali jadi tim juara setelah lebih dari duapuluh tahun terseok-seok di negerinya sendiri.

 

Saya sedikit khawatir saja Mohamed Salah disalah-salahkan karena sesuatu yang melekat pada dirinya. Sesuatu itu adalah agamanya, sebagaimana kita tahu Salah seorang muslim, jadi bisa saja dia berpuasa pada pertandingan-pertandingan krusial itu yang berlangsungnya di bulan Romadlon. Walau ada ulama yang membolehkan pemain sepakbola muslim tidak berpuasa di bulan Romadlon saat ada pertandingan dan bisa menggantinya di saat jeda musim, pada kenyataannya banyak pemain muslim yang tetap berpuasa.

 

Sampai saat ini belum ada kabar tentang kemarahan fans Liverpool kepada pemainnya, dan pastinya itu kabar bagus. Sepertinya Mohamed Salah benar-benar telah dicintai Liverpooldian. Para fans itu juga sangat mungkin menyadari terpuruknya tim pujaan disebabkan oleh banyak faktor, seperti pertahanan yang keropos hampir sepanjang musim karena ditinggal Van Dijk. Dan pemain depan mereka juga ternyata bukan cuma Salah yang muslim, ada satu nama lagi yang sama relijiusnya yaitu Sadio Mane yang juga sedang melempem.

 

Liverpool memang melempem tahun ini, mereka gagal total setelah dua tahun berturut-turut menyandang prestasi dan diprediksi banyak pihak akan kembali jadi raja di Inggris bahkan Eropa seperti era tigapuluh tahun lalu. Di tingkat lokal ada kemungkinan mereka akan tersingkir dari zona Liga Champions, jika itu sampai terjadi mereka benar-benar seperti terhempas setelah melambung begitu tinggi. Semoga tidak ada kekecewaan yang berlebihan.

 

Saya berdoa di bulan puasa ini semoga Liverpool tetap stabil di liga lokal pada pertandingan tersisa. Tidak juara tidak apa-apa, tidak berkiprah di Liga Champions tahun depan pun boleh saja, yang penting tetap bermain bagus dan kompak demi menyongsong musim mendatang. Tim juara tidak harus selalu juara, apa salahnya mengalah untuk memberi kesempatan pada yang lain merasakan jadi juara. Hidup Liverpool!

 

 

5 komentar:

Himawan Sant mengatakan...

Hayok kita support Liverpool biar bermain ciamik, ngga mengecewakan.

Agus Warteg mengatakan...

Cukup kecewa Liverpool tersingkir ya mas, apa boleh buat itulah sepakbola, ada yang menang dan ada yang kalah.

Btw, terus jagoannya siapa nih mas setelah Liverpool tersingkir, apakah Chelsea atau City?

efo.teo mengatakan...

Mas, mau nanya.

Aku kan fans arsenal, apa yang harus aku perbuat?

WAKAKAK

Muhammad A Vip mengatakan...

terimakasih buat yang sudah komentar

Frans Enriko Siregar mengatakan...

ada saatnya tim hebat juga mengalami kekalahan dan keterpurukan. Di saat itulah fans seharusnya menunjukkan jati diri sesungguhnya, jangan jadi fans karbitan. Moral pemain juga harus dibenahi, bukan hanya soal stamina