Senin, 09 Agustus 2010

Nyekar

Sabtu pagi yang lalu dalam perjalanan saya melihat seseorang membawa sekantong plastik berisi aneka rupa kembang dan daun pandan, saya langsung berpikir semua itu pasti akan dibawa ke kuburan. Minggunya seorang ibu ribut-ribut soal nyekar. Hehehe, pikiran orang yang sudah mengenali tradisi masyarakatnya, tapi tak perlu dibanggakan.

Nyekar atau datang ke kuburan adalah tradisi yang mapan di masyarakat Indonesia. Meski tidak seluruh masyarakat mempraktekakan tradisi ini, tapi bagi mereka yang ada di pedesaan atau masyarakat kota yang masih terikat dengan masa lalunya, nyekar sudah semacam kewajiban. Terutama bagi yang hidup di kota, yang selalu merasa sibuk, setahun sekali datang ke kuburan orang tua atau leluhur, pada menjelang Romadlon adalah saatnya bagi mereka. Datang untuk sekedar bersih-bersih makam yang lama tak dilihat dan tak terurus, atau duduk-duduk dan berdoa adalah beberapa kebiasaannya.


Kalau di desa biasanya satu keluarga-untuk laki-lakinya-akan datang dengan berbagai perlengkapan kerja, seperti: pacul, arit dan golok. Kuburan untuk beberapa hari menjelang Romadlon akan ramai oleh banyak manusia yang sibuk membabat semak belukar, mencabuti rumputan dan melakukan hal-hal lain yang diperlukan. Dan menjelang lebaran biasanya hal itu dilakukan ulang untuk kenyamanan berdoa bersama usai sholat Iedul Fitri. 

Di kota lazimnya menjelang Romadlon orang-orang kaya akan membayar warga yang tinggal dekat kuburan yang menawarkan jasa bersih-bersih itu. Bagi warga sekitar kuburan, menjelang puasa seperti sekarang ini memang saatnya berburu uang dengan modal pacul dan arit. Tak hanya orang tua bahkan anak-anak pun ikut serta dalam kerja musiman ini. Enatah ada tarif yang dikenakan atau sekedar sukarela, yang pasti kebiasaan ini pernah saya saksikan ketika beberapa tahun tinggal di dekat kober daerah Kampung Melayu Jakarta Timur.

Entah sampai kapan tradisi ini akan hidup. Untuk masyarakat desa mungkin masih akan menjalankan tradisi ini dalam waktu yang panjang, tapi  bagaimana dengan masyarakat kota seperti Jakarta yang penduduknya terus bertambah dan lahan untuk kuburan terus berkurang. Ketika nanti sistim tumpang dipraktekan, dimana orang yang baru meninggal dikuburkan di makam lama, apakah orang masih akan datang untuk membersihkan makam yang di dalamnya ada orang lain yang bukan keluarganya. Yang pasti saya sendiri sudah lama tak melakukan kebiasaan itu. Kalaupun ke kuburan paling usai sholat Ied dan hanya jongkok sebentar mengikuti rombongan yang  ada. 


15 komentar:

HB Seven mengatakan...

yang penting kita sebagai anak senantiasa mendoakan orang tua kita...di setiap kesempatan..dan waktu..

Camajuyas mengatakan...

nyekar ditempatku juga masih om...

Muhammad A Vip mengatakan...

Wah, ini anak kecil apa nggak sekolah :D

Sungai Awan mengatakan...

Sabtu dan minggu kemarin memang banyak sekali kaum muslim melaksanakan nyekar ke makam leluhur terutama ke makam orang tua dan kakek nenek kita yang telah meninggal dunia.

Hal ini merupakan rutinitas menjelang dan akhir dari ramadhan.
Sungguh mulia hati mereka jika nyekar.
Kasian leluhur apalagi orang tua kita yang meninggal tidak diberikan doa.

Rutinitas gini ini harusnya bukan hanya menjelang atau akhir puasa saja dilaksanakan.
Alangkah baiknya tiap minggu dilakukan nyekar.

Mungkin bagi beberapa orang nyekar adalah kurang berarti tapi dibalik itu semua jika kita mengetahui akan sadarlah kita akan keampuhan nyekar.

Misal saja kita punya orang tua yang jauh di luar kota, sementara kita tinggal di kota terpisah.
Telepon saja mungkin kurang dapat melepas kangen, tentulah orang tua kita ingin memandang dari dekat.
Jika sudah dekat maka bahagialah orang tua tersebut ketimbang hanya telepon tok.

Satu lagi yang pasti, tindakan kita nyekar akan ditiru oleh anak cucu kita.
Jika kita rajin nyekar insya Alloh si anak juga akan nyekar meski kita telah meninggal dunia.
Suwun

Muhammad A Vip mengatakan...

Trimakasih untuk komennya yang panjang sekali Juragan.

warcoff mengatakan...

Nyekar memang budaya bukan anjuran agama itulah indonesia hehe...yang penting tidak menyekutukan Tuhan :)

warcoff mengatakan...

Nyekar memang budaya bukan anjuran agama itulah indonesia hehe...yang penting tidak menyekutukan Tuhan :)

Muhammad A Vip mengatakan...

buat warung kopi, siang bulan puasa tetep buka atau tutup?

pakde sulas mengatakan...

sama Kang, saya juga sudah lama tidak melalkukan ini karena bagi saya lebih penting mendoakan almarhum bapak dan simbok setelah sholat fardu, dari pada ziarah kekubur yang hanya setahun sekali

Muhammad A Vip mengatakan...

pak de, okelah kalo begitu.

Unknown mengatakan...

oot : naruh linknya di bawah postingan aja. misalnya : note : cerpen ini ditulis dalam rangka mengikuti lomba yg diadakan blog Sang cerpenis dan vixxio.

EYANG RESI 313 mengatakan...

Oke pak de.

om rame mengatakan...

semoga tradisi ini dapat di tiru oLeh generasi yang akan datang.

Corat - Coret [Ria Nugroho] mengatakan...

aku belum nyekar ke tempat kakek :(
abis jauh di jateng sana
tp sudah berdoa untuknya ^____^

Muhammad A Vip mengatakan...

Eyang: oke le :D

Om: semoga yang baik terus ditiru

Ria: waduh!