Bagi pengguna jasa Kereta Rel Listrik (KRL) Jabodetabek pasti sudah maklum dengan kondisi ketidaknyamanan yang ada, tapi bagaimanapun keinginan agar ada perbaikan pelayanan harus terus disuarakan. Setiap manusia rasanya tak ingin hidup dengan terus-menerus merasa terpaksa. Terpaksa naik ekonomi padahal ingin naik yang ber-AC. Terpaksa harus berdesak-desakan karena memang tak ada pilihan. Terpaksa harus bergelantungan karena harus demikian. Terpaksa harus naik di atap kereta, entahlah untuk yang satu ini.
Memang, keadaan sepertinya memaksa agar para pengguna jasa KRL melakukan sesuatu yang tak diinginkan. Artinya segala yang tampak tidak beres sumbernya bukan dari para pengguna. Mungkin kalau berpikirnya sepintas tampak penyebab dari kesemerawutan yang ada adalah laku pengguna yang serba ingin menang sendiri, tapi sesungguhnya semua itu terjadi tidak begitu saja. Semua telah berlangsung lama, sehingga seakan kabur sebab utamanya.
Seperti kereta yang ber AC yang sekarang terus bertambah jumlahnya. Dulu, di tiap gerbong selalu ada dua petugas yang menjaga, sesuatu yang cukup untuk mengecek tiket dan mengatur keluar masuknya penumpang. Tapi kini sepertinya petugas itu tidak ada atau berkurang, terlebih ketika jam padat penumpang. Tidak seperti di Busway yang sampai sekarang tetap konsisten menempatkan petugas yang menertibkan lalu lintas penumpang. Maka kini bisa dikatakan naik kereta AC atau non AC tak ada bedanya alias sama saja. Saat jam padat penumpang sangat jelas keadaannya, seperti pintu tidak tertutup dan penumpang bergelantungan bahkan ada pula yang berada di atap.
PT KAI sudah lama ingin tarif tiket kereta naik, sesuatu yang mestinya didahului peningkatan pelayanan. Pelayanan yang maksimal tentu bisa jadi alat tawar yang logis untuk meminta persetujuan pelanggan agar tarif tiket dinaikkan. Petugas yang tegas sejauh ini di masyarakat selalu disegani. Maka tak perlu banyak orang, yang penting tegas ketika menjaga aturan rasanya cukup untuk memulai perbaikan. Seperti di Busway, ketika volume penumpang dianggap penuh petugas langsung bertindak.
12 komentar:
betul sekali, bedanya cuma tarifnya aja ya
kunjungan pertama..... betul banget thu...
salam kenal... ^__^
ada kok bedanya mas: HArga lebih mahal yg AC!!
petugas memang harus tegas, biar penumpang juga enak.
btw sayah malah baru tahu mas, wong ke jakarta saja belum pernah.. xixixi.. kabuurr
saya berarti paling katrok disini ga pernah naik kereta .. :D
ada uang ada barang, kadang kita bayar lebih buat AC tapi tetep nggak bisa ngerasain sejuknya yaa sami mawon
Lidya n Popi: iya memang
Yanthee:sama-sama
Alkatro:hehe
Gaphe:sami mawon, apaan tuh?
jd inget wkt suka naik bus patas AC. pataskan artinya tempat terbatas eh, sama aja. empet2an
AC dan no AC sama bejubelnya
Fany:enak juga sih empet-empetan, hehe
Wah kalo berdesak desakan sudah biasa di bus kota hehehe kereta api belum, di t4 ku ga ada soalnya hehehe
Nice info trimakasih....
saya selalu iri dengan transportasi di Jepang...
Emm panas donk!!
:)
salam kenal yah
Posting Komentar