Puasa?

“Agar puasa kita tidak terganggu…minumlah **8*#@!”

Begitu iklan-iklan yang beredar dan gentayangan di mana-mana. Di televisi, di radio, di rumah tetangga, pokoknya di mana-mana. Dan kita sepertinya menurutinya. Disiapkanlah obat kuat berbotol-botol, ditumpuk pula tablet sakit maag dan...apa lagi ya?



Kalau dipikir, ikhlas enggak sih kita puasa? Jangan-jangan kepaksa. Dengan terlalu banyaknya sarana pendukung yang mengelilingi kita rasanya kita nggak yakin kalau Tuhan Maha Bijaksana. Seakan Tuhan nggak tahu kemampuan kita sehingga kita harus sedemikian rupa menyusun aturan untuk jaga-jaga jangan-jangan akan celaka dalam menjalani puasa. Seakan pernah ada kasus besar, dimana ada orang sakit berat dan meninggal karena puasa dengan mengenaskan yang didahului kelojotan selama 2X 24 Jam.

Ah, kebodohan…kau menyamar dalam rupa yang menyenangkan dan aku bangga denganmu. Aku ternyata tak benar-benar pasrah kepada-Nya selama ini. Bahkan bukan tak mungkin aku telah jadikan diriku ini Tuhan, yang menentukan ini itu, tentang baik dan buruk dan mengelola segala kemungkinan.

Agama…apakah artimu? Aku jadi tak mengerti setelah perjalanan yang jauh dan melelahkan ini. Aku dikuasai hidup yang berlangsung di sekitarku. Dimanakah kiblatku yang sesungguhnya? Ampuuun! Beribu ampun, Tuhan! Aku telah melecehkan-Mu selama ini atas nama-Mu. Aku tak pernah benar-benar puasa, karena nafsuku merambah kemana-mana meski seharian aku tidur dan bersembunyi di dalam kamar rumahku.

“Tidurlah, tidurnya orang berpuasa itu berpahala!” Gletak!