Dulu, di jaman saya kanak-kanak, pada hari
menjelang puasa begini biasanya ada kebiasaan menunggu-nunggu bunyi bedug di masjid pada pagi sekitar jam sepuluhan. Kalau ada bunyi bedug berarti besok dipastikan sudah mulai berpuasa, yang kemudian orang-orang pada mandi keramas.
Semacam ritual menyambut
bulan yang suci. Kemudian tentu saja langgar-langgar atau musholla pada siap-siap menyelenggarakan sholat taraweh hari pertama. Biasanya halaman langgar
dibersihkan karena jamaah pasti membludak, lalu dipasang sepeker atau pengeras
suara (dulu yang pakai sepeker hanya masjid jamie).
Dulu menyambut bulan puasa
senangnya luar biasa. Ada perasaan menunggu-nunggu kedatangannya. Pada saat itu
sekolah libur, banyak orang berjualan aneka rupa makanan pada malam hari yang
pada hari biasa sulit ditemui. Banyak petasan, dari petasan cengis (cabe rawit)
sampai mercon long (petasan sebesar kaleng biskuit) yang bikin semarak. Pada malam hari yang
biasanya di kampung sepi, pada bulan puasa pada dini haripun suasananya hidup.
Pada masa itu, televisi
belum seperti sekarang. Jadi kami anak-anak lebih banyak aktif di luar rumah,
maka pada malam hari yang hidup, anak-anak benar-benar meramaikan suasana yang
luar biasa menyenangkan. Biasanya saya selesai buka puasa sudah langsung
melesat ke langgar, yang biasanya menjelang isya sudah ramai dan terang
benderang. Seusai sholat taraweh biasanya tetap ngumpul di halaman langgar makan kerupuk atau kue apa saja yang dibagikan buat anak-anak,
sampai saat orang tua bertadarus. Saat orang tua tadarusan, anak-anak ramai
bermain apa saja. Ada yang main gobak sodor di jalanan yang juga terang karena
banyak penjual makanan, ada yang main petasan dan macam-macam.
Capek bermain, kembali ke
langgar. Orang tua tadarusan biasanya selesai jam sebelas, pada saat itu
gantian anak-anak meramaikan langgar sampai dini hari. Pada jam satu biasanya
dengan berbagai macam alat tetabuhan, kami anak-anak ikut mereka yang sudah dewasa berkeliling kampung sampai jam tiga membangunkan orang, pengalaman
yang tak terlupakan apalagi pada jaman itu di desa saya listrik belum merata.
Selesai keliling
membangunkan sahur langsung pulang ke rumah sahur bersama keluarga, lalu balik lagi ke
langgar menunggu subuh. Yang seru biasanya saat suara sirine tanda imsak
berbunyi, anak-anak biasanya langsung lari ke rumah masing-masing untuk sekedar
minum air segelas. Selepas sholat berjamaah biasanya mendengarkan kuliah Subuh,
dan sesudahnya jalan-jalan pagi lalu pulang dan tidur sampai menjelang Dluhur.
Sorenya nunggu Maghrib
keliling-keliling pakai sepeda. Dan menjelang Maghrib nongkrong di dekat masjid
nunggu bunyi sirine, sampai kemudiaan ketika berbunyi kita lari adu kencang ke
rumah masing-masing. Sesuatu yang saya tak lagi temui di dunia anak-anak
sekarang. Sekarang televisi ada di tiap rumah, puasa hanya diisi dengan
tiduraan di depan layar kaca itu menunggu adzan Maghrib. Lingkungan sudah terang
benderang, tapi justru sepi pada malam hari.
Jaman memang berubaah. Justru bikin ngenes, tidak bertambah menyenangkan malah mencemaskan dan
membingungkan. Yang membingungkan apalaagi kalau bukan soal penetapan awal
puasa itu, dulu rasanya penetapaan awal puasa dan lebaran mudah-mudah saja,
kini rasanya serba sulit padahal kemajuan tekhnologi mestinya mempermudah keadaan: beberapa tahun terakhir, bahkan ketika orang-orang
sudah kumpul di masjid untuk taraweh pemerintah masih sidang yang ternyata
puasa diundur sampai hari berikutnya, begitupun penetapan lebaran.
Saya bersyukur punya
pengalaman yang saya anggap luar biasa sebagai muslim berkaitan dengan puasa.
Apa yang saya ceritakan tentu saja bagian dari yang luar biasa itu, semoga
puasa tahun ini tetap berkesan dan tetap menggembirakan. Dan kepada saudaraku
yang berpuasa juga, saya ucapkan selamat berbahagia. Semoga puasa tahun ini
jadi kenangan indah di hari nanti. Di akhirat bisa jadi.
Selamat datang Romadlon.
Selamat berpuasa.
4 komentar:
Marhaban Yaa Ramadhan. ALhamdulillaaah :)
Selamat berpuasa juga sob. Nice sharing with you ^.^
Salam kenal. Saling berkunjung ya.
Selamat menunaikan ibadah puasa, kawan =)
bagi manusia yang beriman kedatangan ramadhan selalu dirindukan, karena ramadhan adalah bulan bonus nikmat dari Alloh
Catatan: Selamat berpuasa juga
Claude: terimakasih kawan
Pakde:kita ini orang beriman ya pakde
Posting Komentar