Jakarta, ada
yang bilang kota yang nggak pernah tidur. Dulu saya tidak sependapat, tapi
rasanya kini saya harus bilang “ya” untuk pendapat itu setelah Transjakarta
beroprasi 24 jam. Walau di Jakarta pada malam hari masih banyak orang melek dan
beraktifitas, tapi suasana sepi dan tenang lebih dominan daripada hiruk
pikuknya siang hari saat orang benar-benar terjaga. Angkutan umum pun berhenti
sebelum tengah malam, disambung omprengan atau angkutan umum tak resmi dan
taksi tentu saja. Jadi Jakarta tetap tidur, mereka yang melek adalah yang ronda
menjaga agar Jakarta tidur nyenyak.
Setelah Transjakarta
(Busway) kini beroprasi 24 jam saya anggap benar-benar Jakarta tak pernah tidur
karena memang benar-benar Transjakarta muter terus pagi siang sore malam, yang
tidur kan busnya, Trans”jakarta”nya tidak. Dan saya senang, karena kalau saya
pulang lewat tengah malam bisa lebih ngirit ongkos. Tak perlu menunggu bus di
pinggir jalan sendirian dengan perasaan was-was pula. Dan walau masih uji coba,
semoga dalam waktu tidak lama menjadi resmi bahkan untuk semua koridor; kini
baru tiga koridor: Blok M-Kota, Pluit-Pinangranti, Kalideres-Harmoni.
Sejauh yang saya
tahu, angkutan umum malam hari di Jakarta memang tidak sepi penumpang.
Omprengan yang merupakan mobil pribadi yang dimanfaatkan untuk angkutan umum
banyak ditemui di beberapa wilayah. Angkutan umum kecil seperti Mikrolet pun
sudah lama ada trayek yang beroprasi 24 jam. Maka Transjakarta yang sistem
pengoprasiannya tidak pakai sistem setoran sudah semestinya memberikan layanan
penuh. Tak jadi soal jumlah busnya terbatas dan hanya berhenti di halte yang lingkungannya
ramai, yang pasti masyarakat membutuhkan angkutan malam hari di Jakarta dan hal
itu harus terpenuhi.
Saya pikir ini
bagian daripada upaya pemerintah memberikan layanan angkutan umum yang murah
dan ramah. Karena masyarakat sesungguhnya lebih butuh angkutan umum daripada
harus kemana-mana berkendara sendiri. Cuma angkutan yang tak ramah, jumlahnya
tak memadai membuat mereka memilih kendaraan pribadi. Apalagi bukan hal aneh,
di Jakarta walau angkutan umum tarifnya sudah ditentukan, tapi dalam banyak
kesempatan kadang ongkosnya bisa lebih dari yang semestinya, diantaranya dengan
alasan malam hari dan itu bis kota terakhir. Apalagi sekarang sudah lazim
prilaku memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.
Bukan berita
luar biasa—tentu saja—Transjakarta beroprasi 24 jam, tapi saya anggap penting
diketahui oleh banyak orang, termasuk mereka yang ada di luar Jakarta, agar
mereka tidak cemas ketika pergi ke Jakarta dan sampai pada tengah malam atau
dini hari. Bagi orang yang duitnya pas-pasan datang ke suatu tempat bepergian
pada malam hari pasti ada rasa takut tersendiri. Dan Transjakarta yang murah
dan aman bisa membantu mereka yang punya masalah itu, setidaknya bisa numpang
tidur (walau sambil duduk) dengan nyaman di halte busway.
5 komentar:
Semoga Transjakarta benar-benar memberi pelayanan yang optimal kepada pengguna, ya mas? Tidak dimanfaatkan oleh pihak yang mengambil keuntungan pribadi dengan menaikkan tarif dengan alalasan apapun...
Benar kata Uda Awak, intinya 100% untuk layanan public yang lebih baik.
enak dong, jam berapapun kita injakkan kaki di jakarta, pasti ada angkutan yang akan membawa kita pergi he he he
wah ya makin mantap mas
sehari semalam beroperasi terus demi kebutuhan rakyat
Keren ya mas kalau operasinya sampai 24 jam :)
Posting Komentar