Kamis, 05 Juni 2014

Transjakarta Melaju 24 jam

Jakarta, ada yang bilang kota yang nggak pernah tidur. Dulu saya tidak sependapat, tapi rasanya kini saya harus bilang “ya” untuk pendapat itu setelah Transjakarta beroprasi 24 jam. Walau di Jakarta pada malam hari masih banyak orang melek dan beraktifitas, tapi suasana sepi dan tenang lebih dominan daripada hiruk pikuknya siang hari saat orang benar-benar terjaga. Angkutan umum pun berhenti sebelum tengah malam, disambung omprengan atau angkutan umum tak resmi dan taksi tentu saja. Jadi Jakarta tetap tidur, mereka yang melek adalah yang ronda menjaga agar Jakarta tidur nyenyak.


Setelah Transjakarta (Busway) kini beroprasi 24 jam saya anggap benar-benar Jakarta tak pernah tidur karena memang benar-benar Transjakarta muter terus pagi siang sore malam, yang tidur kan busnya, Trans”jakarta”nya tidak. Dan saya senang, karena kalau saya pulang lewat tengah malam bisa lebih ngirit ongkos. Tak perlu menunggu bus di pinggir jalan sendirian dengan perasaan was-was pula. Dan walau masih uji coba, semoga dalam waktu tidak lama menjadi resmi bahkan untuk semua koridor; kini baru tiga koridor: Blok M-Kota, Pluit-Pinangranti, Kalideres-Harmoni.

Sejauh yang saya tahu, angkutan umum malam hari di Jakarta memang tidak sepi penumpang. Omprengan yang merupakan mobil pribadi yang dimanfaatkan untuk angkutan umum banyak ditemui di beberapa wilayah. Angkutan umum kecil seperti Mikrolet pun sudah lama ada trayek yang beroprasi 24 jam. Maka Transjakarta yang sistem pengoprasiannya tidak pakai sistem setoran sudah semestinya memberikan layanan penuh. Tak jadi soal jumlah busnya terbatas dan hanya berhenti di halte yang lingkungannya ramai, yang pasti masyarakat membutuhkan angkutan malam hari di Jakarta dan hal itu harus terpenuhi.

Saya pikir ini bagian daripada upaya pemerintah memberikan layanan angkutan umum yang murah dan ramah. Karena masyarakat sesungguhnya lebih butuh angkutan umum daripada harus kemana-mana berkendara sendiri. Cuma angkutan yang tak ramah, jumlahnya tak memadai membuat mereka memilih kendaraan pribadi. Apalagi bukan hal aneh, di Jakarta walau angkutan umum tarifnya sudah ditentukan, tapi dalam banyak kesempatan kadang ongkosnya bisa lebih dari yang semestinya, diantaranya dengan alasan malam hari dan itu bis kota terakhir. Apalagi sekarang sudah lazim prilaku memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.

Bukan berita luar biasa—tentu saja—Transjakarta beroprasi 24 jam, tapi saya anggap penting diketahui oleh banyak orang, termasuk mereka yang ada di luar Jakarta, agar mereka tidak cemas ketika pergi ke Jakarta dan sampai pada tengah malam atau dini hari. Bagi orang yang duitnya pas-pasan datang ke suatu tempat bepergian pada malam hari pasti ada rasa takut tersendiri. Dan Transjakarta yang murah dan aman bisa membantu mereka yang punya masalah itu, setidaknya bisa numpang tidur (walau sambil duduk) dengan nyaman di halte busway.



5 komentar:

Uda Awak mengatakan...

Semoga Transjakarta benar-benar memberi pelayanan yang optimal kepada pengguna, ya mas? Tidak dimanfaatkan oleh pihak yang mengambil keuntungan pribadi dengan menaikkan tarif dengan alalasan apapun...

Adi Pradana mengatakan...

Benar kata Uda Awak, intinya 100% untuk layanan public yang lebih baik.

pakde sulas mengatakan...

enak dong, jam berapapun kita injakkan kaki di jakarta, pasti ada angkutan yang akan membawa kita pergi he he he

Obat Sakit mengatakan...

wah ya makin mantap mas
sehari semalam beroperasi terus demi kebutuhan rakyat

Dunia Ely mengatakan...

Keren ya mas kalau operasinya sampai 24 jam :)