Seorang guru
ngaji, cewek, tinggal bareng dengan kakaknya yang miara tuyul. Pada suatu hari
guru ngaji itu duduk bersilah di dipan menghadap kitab suci Al Quran yang tebal
dan terbuka. Guru ngaji itu melantunkan surat dengan lagu yang aneh, lalu di
akhiri dengan kata amin. Bersama bacaan itu si tuyul kepanasan. Ternyata yang
dibaca Al Fatihah.
Adegan tadi ada
dalam sinetron religi, sudah lama sekali, entah apa judulnya. Dan kini pada
bulan Romadlon sinetron religi marak lagi. Ciri sinetron jenis ini tentu saja
gampang dikenali, yaitu banyak disebut istilah-istilah yang—konon— jadi penanda
keimanan, seperti: subehanallah, masyaallah, astaghfirullah, dan masih banyak yang
ada kata Allah-nya. Ada adegan sholat di masjid, dan orang mengaji.
Sudah pasti
sinetron jenis ini mudah di klaim sebagai sinetron dakwah. Sebagaimana ada yang
disebut film dakwah pasti ada sinetron dakwah. Sah-sah saja disebut demikian,
apalagi sekilas cerita-cerita yang disajikan sangat berkesan Islami dan mengajak
pada kebaikan. Ada juga ustadnya di sana yang bertugas ceramah terus-menerus
setiap kali dapat giliran nongol.
Cuma ada yang
mengganggu dari segala upaya menampilkan warna keislaman di sana. Yaitu seperti
pada cerita pembuka, bagaimana mungkin seorang guru ngaji sekedar membaca Al
Fatihah saja harus membuka Al Quran dan yang memprihatinkan bacaannya kacau.
Dalam sebuah diskusi film ada seseorang yang peduli dengan sinetron, mengatakan
bahwa sinetron religi dalam pembuatannya mestinya menyertakan seorang ahli
sebagai pengontrol mutu. Dan memang, selama ini yang tampak asal sudah pakai
kerudung dianggap sudah memenuhi ketentuan agama.
Dan adegan orang
mengaji kembali saya saksikan semalam di sinetron yang dibintangi Dewi Sandra
dan Asyraf Sinclair. Saya tak hafal judulnya cuma saya amat-amati banyak
penontonnya. Termasuk istri saya tentu
saja. Apalagi sinetron ini bercerita tentang istri yang dikhianati suaminya
berselingkuh, sudah pasti ibu-ibu tak ingin ketinggalan episode.
Seperti yang
saya saksikan semalam di sinetron tersebut, Baim Wong diceritakan menjadi imam
sholat, ditampilkan dia membaca beberapa surat Al Quran, yang kemudian diprotes
istri saya karena banyak salahnya (alif dan ‘ain dibaca sama semua dengan lafad
‘ain). Padahal dalam adegan itu istri Baim Wong (ceritanya) berkata kagum dalam
hati betapa suaminya fasih membaca surat-surat itu. Saya senyum saja, bukan
karena maklum tapi senang karena ternyata tak cuma saya yang merasakan ada
kekonyolan-kekonyolan semacam itu, karena pada hari sebelumnya Dewi Sandra yang
ceritanya ustadzah di sinetron itu ketika membaca bagian akhir surat Al Baqoroh
yang setiap hari lazim dibaca saat wirid seusai sholat fardlu pun salah.
Ada yang juga
tak kalah payah. Di sinetron Tukang Bubur Naik Haji yang bombastis itu, Rumanah
yang katanya kuliah di Al Azhar Kairo Mesir ternyata pun ketika dalam adegan
yang tak jauh beda sangat berkesan sekali kalau membaca dari sebuah teks. Panjang
pendeknya bacaan tidak nggenah. Saya pikir ini sesuatu yang keterlaluan,
bagaimana mereka para pembuat sinetron meremehkan sesuatu yang sangat prinsip,
Al Quran kalau dibaca tak sesuai harokatnya artinya sudah pasti berubah.
Tak ada lembaga
keislaman yang protes sejauh pengetahuan saya. Tapi saya maklum, sebab
peristiwa semacam itu memang sudah lazim, dalam banyak kesempatan sholat sering
saya dapati imam sholat bacaannya asal-asalan. Yang bikin saya bingung kenapa
mereka sangat percaya diri: sinetron menampilkan orang yang tak fasih berperan
jadi ustadzah, lalu orang yang bahkan baca al Fatihah saja tak bisa berani jadi
imam sholat.
Ya, sinetron...
sampai kapan kau dakwahi kami yang sudah sesat ini?
5 komentar:
Ya sinetron kita seperti itu tidak mendetail atau memperhatikan hal-hal seperti itu.. Perhatiannya hanya kepada cerita ala sinetronnya saja. Sinetron dakwah harusnya juga punay penasehat dari kalangan ulama yang bisa turut serta membuat sinetron menjadi benar-ebanr menjadi sinetron dakwah
Kalau berpikir positif, produsernya memang ingin berdakwah melalui Sinetron, tetapi sayangnya mereka tidak tahu perilaku islami yang benar bagaimana. Kalau berpikir negatif, mereka hanya mengejar keuntungan dari pasar warga muslim di Indonesia, yang penting kesannya mendidik.
kita mesti berpikir yang baik-baik tentu saja, masalahnya ketika mereka terus-terusan menghadirkan hal-hal yang tak bagus maka ketika kita tetap berpikir yang bagus jangan2 karena kita merasa bagian dari ketidak bagusan itu, ada rasa sungkan mengkritik
buenci aku mas dengan sinetron Catatan Seorang istri yang diperankan Dewi Sandra itu
Tapi mending lihat sinetron daripada YKS
Posting Komentar