Selasa, 22 Mei 2018

SOEHARTO PRESIDEN KITA PALING BERHASIL?


Dua puluh tahun sudah berlalu, rasanya belum lama terjadinya beliau yang ternyata sudah almarhum melepas jabatan yang pernah kuat-kuat didekapnya itu demi menuruti tuntutan banyak pihak yang baginya sulit dilawan pada saat itu. Saya menonton peristiwa ketika beliau berpidato untuk terakhir kalinya sebagai presiden dan dalam pidatonya mengatakan “tidak jadi presiden tidak patheken”. Beliau yang berkuasa lebih dari 30 tahun dan ditakuti oleh bawahan-bawahannya, sepertinya akan sulit dilupakan oleh siapapun yang pernah hidup di zaman itu.


Beberapa hari lalu ada hasil survei yang dirilis oleh Indo Barometer (20/5/2018) yang hasilnya menyebutkan bahwa Soeharto –beliau yang pernah jaya jadi presiden RI dan turun karena dipaksa itu—adalah presiden Indonesia paling berhasil.  Diikuti Soekarno lalu Jokowi di urutan tiga, rasanya survei itu menjelaskan bahwa ada kenangan tentang hidup yang lebih baik pada masa itu di benak mereka yang jadi responden survei yang pastinya mereka mengalami hidup di sana. Saya pribadi jika harus membandingkan, pada awal dekade 90an ketika saya sekolah keadaannya memang lebih baik dari dunia sekolah saat ini –sekolah biayanya murah dengan buku-buku bacaan disediakan oleh sekolah.

Tapi membandingkan Soeharto dengan presiden-presiden lain dalam hal keberhasilan tentu saja mengada-ada. Andai yang dibandingkan adalah presiden-presiden dengan durasi kepemimpinan yang sama, hasil survei itu layak didiskusikan, tapi 32 tahun rezim Soeharto dibandingkan dengan empat tahun kepemimpinan Jokowi pasti menggelikan. Walau ada menariknya, dengan Jokowi berada di urutan ke tiga mengundang pendapat bahwa presiden kita sekarang itulah yang terbaik sebagaimana dikatakan Budiman Sudjatmiko.

Dalam kenangan, saya pernah menganggap Soeharto sebagai orang hebat yang bakal masuk surga karena telah berhasil membangun negeri ini, tapi kenyataan menunjukkan bahwa beliau dihujat banyak orang dan dipaksa turun takhta. Sekarang banyak orang mengagung-agungkan Jokowi dan Prabowo –dua orang yang pernah dan masih bersaing jadi orang nomor satu negeri ini— mungkin  pula para pengagung itu pada suatu hari nanti terkaget-kaget ketika mengetahui bahwa ternyata ada banyak hal tersembunyi di balik yang tampak. Semoga kita bisa terus mampu membaca peristiwa.

Manusia punya kelebihan dan kekurangan, punya sisi baik dan buruk, adalah bijak jika kita bisa menempatkan dua sisi berlawanan itu secara wajar. Saya pun ingin diperlakukan dengan adil oleh orang lain, maka saya berusaha tidak tergesa-gesa menilai orang lain. Begitu saja dan selamat menunggu waktu sahur.



3 komentar:

Saleho mengatakan...

sek enak jamanku to??
itu tulisan di belakang truk
memang hidup di jaman Pak Harto lebih enak

Muhammad A Vip mengatakan...

hahahaha

Bunga Lompat mengatakan...

Kalau kata nenek saya, memang enak jaman Soeharto. Aman dan murah. Iya aman, pada dibungkam. Ehe.