Rabu, 25 Juli 2018

ANAK-ANAK: RAMAHI KAMI DAN MARAHILAH KAMI


Senyum mengembang di wajahnya yang mengundang cemas itu sulit untuk ditafsirkan, entahlah bagi orang tuanya yang setiap hari mendampinginya.  Tangannya baru saja mengacak-acak rambut dan mendorong kepala seorang gadis kecil dan sebelumnya hampir saja mencekik anak yang lebih kecil lagi yang semua itu membuat siapapun ketakutan.  Dia yang saya maksud itu seorang anak laki-laki umur sepuluh tahun yang mengalami keterbelakangan mental sehingga kelakuannya tidak normal. Saya sulit merasakan bagaimana menjadi orang tua bagi anak semacam itu.
 
Anak adalah harapan para orang tua. Memiliki anak-anak yang membanggakan pastinya membahagiakan, sayang tak setiap orang tua berkesempatan menikmati kebahagiaan itu. Seperti cerita di atas, orang tua anak itu masih saudara dengan saya dan walau mereka selalu menampakkan sikap tegar, saya justru kesulitan menyembunyikan gejolak di dada saya setiap kali berjumpa. Dengan posisi sebagai pengamat, rasanya siapapun menjadi lebih risau daripada mereka yang mengalaminya.

Dengan cara pandang yang berbeda dengan orang kebanyakan bisa saja saudara saya itu dapat berbahagia memiliki anak yang membuatnya harus terus mengawasi segala aktifitas anaknya itu. Lihatlah anak-anak Jaman Now berpolah, mereka makin sulit dikendalikan dengan kenakalan yang cenderung berkelompok. Anak SD tawuran dengan saling serang antar sekolah sudah lumrah. Dan kasus anak SD membunuh temannya di Garut baru-baru ini, bukanlah kasus pertama di negeri ini. Anak-anak memang semestinya harus tetap dalam pengawasan orang tua.

Anak, bagaimanapun kondisi mereka jelas tanggungjawab orang tua. Anak dengan keterbelakangan mental, anak normal, anak jenius dan bagaimanapun kepribadian mereka, selama masih anak-anak semestinya dijaga dengan serius. Mereka seperti orang tuanya tentu butuh kesenangan, tapi yang sesungguhnya dibutuhkan anak-anak adalah perhatian dari orang tua. Anak-anak butuh contoh, butuh teladan dan perlu bimbingan. Anak tak sekedar butuh diramahi sebagaimana dituntut oleh slogan “Sekolah Ramah Anak”, anak juga perlu dimarahi jika bandel dan berbuat yang membahayakan.

Hari Anak Nasional memang sudah lewat, tapi dengan kondisi anak-anak kita yang menghawatirkan saat ini rasanya setiap hari harus jadi hari anak.  Hari di mana setiap orang tua harus berupaya membangun anak-anak agar masa depan lebih cemerlang. Hidup anak Indonesia.
.


4 komentar:

Nathalia DP mengatakan...

Iya, doa yg terbaik utk anak2 indonesia

Muhammad A Vip mengatakan...

terimakasih

Akhmad Muhaimin Azzet mengatakan...

Stiap hari mesti hari anak, setuju sekali, betapa anak-anak kita perlu sekali mendapatkan perhatian dari kita semua.

Himawan Sant mengatakan...

Betul, anak adalah harapan bangsa.
Jika anak-anak generasi sekarang tidak diarahkan dengan baik, nantinya akan jadi generasi penerus bangsa yang tertinggal dengan bangsa lain.

Kewajiban orang tua untuk mengarahkan anak jadi pribadi yang baik juga smart.