Senin, 27 Agustus 2018

INIKAH DIABETES?


Penyakit, ketika belum dirasa biasanya diabaikan walau sering dibicarakan. Dulu saya sering diingatkan soal penyakit reumatik ketika sering mandi malam hari, tapi karena penyakit ini bukan sejenis koreng yang kasat mata jadinya peringatan itu semacam angin lalu saja. Baru ketika tulang sering berasa linu, sendi terus berbunyi ketika digerakkan dan nyeri, baru kepikiran. Penyakit-penyakit laten walau gejalanya bisa dikenali tapi karena kita biasanya mengabaikan hal-hal kecil apalagi yang tak terlihat, yang terjadi akhirnya  terkaget sendiri ketika ternyata si penyakit ternyata sudah pada kategori berat.


Begitu pula sekarang, sering membaca tulisan tentang Diabetes dan mengetahui bahwa orang tua mengidap penyakit ini, saya selama ini mengabaikan peringatan-peringatan yang pernah saya baca. Diabetes adalah penyakit yang bisa diwariskan, artinya mereka yang orang tuanya positif Diabetes keturunannya potensial mengidap penyakit ini, makanya ada kasus anak umur delapan tahun positif Diabetes. Dan saya selama ini disamping malas berolah raga, sering pula tidur setelah makan—yang merupakan prilaku terlarang menurut ilmu kesehatan karena bisa meningkatkan kadar gula dalam tubuh.

Perut saya cenderung buncit juga. Rasanya tak pernah saya punya perut langsing, bahkan ketika badan saya ceking. Kadang menduga buncitnya perut karena cacingan, tapi akhirnya saya menyadari ini sudah model bakunya. Lalu ketika buang air kecil, tampak air seninya berbusa, saya sudah menduga tapi dengan lebih sering minum air putih dan mengurangi minum manis saya merasa bisa mengurangi busa itu. Rasa gampang capek dan sulit konsentrasi selama ini tak terlalu dianggap, karena banyaknya urusan menjadikan hal-hal semacam itu terkesan lumrah.

Sampai akhirnya kemarin lalu saya cek kadar gula. Ceritanya saya datang ke Brebes Expo 2018:  pameran pembangunan yang digelar dalam rangka Agustusan, di sana ada stan yang menerima cek gula darah gratis, dan hasilnya kadar gula saya ada di angka 337 yang tentu saja jauh di atas normal. Kaget tidak kaget, saya jadi terus memikirkan keadaan ini: sejak kapan kadar gula saya melampaui batas normal? Sebagai orang yang jarang sakit berat, saya selama ini sangat jauh dari dokter dan rumah sakit, makanya cek kesehatan tak ada dalam agenda.

Mata saya juga sering kabur, terutama setelah lama-lama memandang layar smartphone. Empat tahun lalu membaca terjemahan Al Quran yang hurufnya sangat kecil di ruangan yang remang masih mampu, belakangan sudah payah. Ada yang bilang itu pengaruh layar smartphone, tapi hasil cek gula darah sepertinya bisa menjelaskan persoalan satu ini. positif Diabeteskah saya?

Ada saran saya harus cek ke puskesmas untuk memastikan ini, tapi saya sudah merasa penyakit yang menghawatirkan ini sudah menjadi bagian tubuh ini. Saya sedang mencoba mengatur gaya hidup dulu dengan berolahraga dan makan sesuai aturan agama—tidak sampai kenyang dan sekedar untuk menegakkan badan—sebelum datang ke dokter. Penyakit konon adalah cambuk Tuhan untuk menyadarkan manusia, semoga saya benar-benar tersadar dan bertobat.

Aduh, kebelet pipis lagi.

4 komentar:

Himawan Sant mengatakan...

Sebaiknya secara rutin dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk jaga-jaga kesehatan.
Banyak orang beransumsi tubuhnya sehat-sehat saja karena lihat fisik luarnya, belum tentu organ tubuh bagian dalamnya.

Selalu sehat, mas Affip.

Muhammad A Vip mengatakan...

Himawan: terimakasih mas bro untuk nasihatnya

Himawan Sant mengatakan...

Sami-sami, mas Affip.
Rajin gerakin badan atau kalau ngga jalan-jalab pagi sekitaran rumah sudah cukup membantu berat badan tetap stabil,mas.
Kurangi minum manis.

Astria tri anjani mengatakan...

Kesehatan memang mahal harganya, tapi sering diabaikan karena merasa sehat-sehat aja, padahal nggak tahu yang di dalam kayak apa. Saya pun sekarang juga lagi berusaha ngatur pola hidup.
Semangat mas muhammad affip💪💪
Salam sehat dan bahagia😁😁