Jumat, 19 Oktober 2018

PAWANG HUJAN


Hujan yang kemarin lalu turun dua hari berturut-turut ternyata  mandek lagi. Padahal saya sudah yakin kemarau telah berakhir dan hujan siap turun setiap hari. Tanda-tanda musim hujan pun sudah terasa, seperti angin yang seperti tidak bertiup sehingga siang malam terasa sumuk dan langit yang dipenuhi awan. Waktu hujan turun kemarin itu, langit benar-benar gelap walau hujan hanya berlangsung dalam hitungan menit saja.


Ada yang bilang hujan yang mandek turun dalam tiga hari terakhir karena ada acara Tabligh Akbar Peringatan Hari Santri Nasional. Mungkin maksudnya tak ada hujan karena ulah Pawang Hujan. Memang, sudah lazim di masyarakat kita pemanfaatan makhluk yang bernama Pawang Hujan ini. Pada acara-acara tertentu, seperti saat ada hajatan kecil atau besar-besaran pada musim hujan ada saja orang yang memanfaatkan jasa pawang ini. Atau pada pembangunan jalan tol Pejagan-Pemalang yang kejar target pada musim hujan, konon banyak pawang hujan berkeliaran.

Pawang ini pastinya sejenis dukun, yang bekerja dengan jampi-jampi menangkal hujan atau mengatur posisi hujan. Dalam hal ini katanya hujan bisa dipindah-pindahkan. Mungkin dalam kerjanya si pawang menggunakan kekuatan batinnya menggeser letak awan sehingga hujan yang sedianya turun di suatu desa pada waktu tertentu menjadi batal dan turun di tempat lain. Dan pawing ini sepertinya hanya bisa mengolah hujan yang siap turun, bukan ahli menghilangkan apalagi mendatangkan hujan. Tapi entahlah, soal pawang hujan ini yang saya tahu sebatas pernah mendengar orang ngobrol dan tak pernah bertemu langsung dengan pawangnya.

Entah benar atau tidak ada peran pawang hujan dalam acara tabligh kemarin yang dalam dua hari penyelenggaraan langit terang benderang meski bulan baru separuh, padahal hari sebelumnya dua hari berturut-turut langit mendung pekat tiap sore dan turun hujan, Yang jelas malam ini tak lagi ada acara dan tetap tak ada hujan. Atau pawangnya bekerja satu pekan penuh, sebab Peringatan Hari Santri jatuh pada hari Senin tanggal 22 Oktober nanti dan acara-acara berlangsung sebelum dan sesudah tanggal peringatan itu. Lalu kalau memang ada pawang hujan, bekerjanya pada tingkat desa atau propinsi?

Orang-orang sudah banyak yang sekolah tinggi-tinggi, hampir semuanya melek informasi, tapi soal kepercayaan pada klenik dan tahayul rasanya sulit dihilangkan. Masyarakat yang seperti ini juga kiranya yang membuat Juragan Hoax bisa hidup makmur di negeri ini.  Lalu kenapa sampai akhirnya ke soal hoax? Jangan-jangan berita soal pawang hujan juga hoax?



4 komentar:

Sains Box mengatakan...

Semoga segera turun hujan sob, udh gak tahan nih gerah bgt setiap hari. Efek pemanasan global memang bikin Bumi makin sakit. Semoga saja tdk berkepanjangan. Iklim kembali normal.

Putu Eka Jalan Jalan mengatakan...

Memang gerah belakangan ini, bahkan awannya juga PHP, sudah mendung tebel banget, tapi ujungnya tetep ndak hujan

Putu Eka Jalan Jalan mengatakan...

Soal soal seperti pawang hujan memang terletak antara percaya atau nggak percaya. Tergantung kita menyikapinya saja

Muhammad A Vip mengatakan...

terimakasih kunjungannya kawan