Hujan yang kemarin lalu turun dua hari
berturut-turut ternyata mandek lagi. Padahal saya sudah yakin
kemarau telah berakhir dan hujan siap turun setiap hari. Tanda-tanda musim
hujan pun sudah terasa, seperti angin yang seperti tidak bertiup sehingga siang
malam terasa sumuk dan langit yang dipenuhi awan. Waktu hujan turun kemarin
itu, langit benar-benar gelap walau hujan hanya berlangsung dalam hitungan
menit saja.
Ada yang bilang hujan yang mandek
turun dalam tiga hari terakhir karena ada acara Tabligh Akbar Peringatan Hari
Santri Nasional. Mungkin maksudnya tak ada hujan karena ulah Pawang Hujan. Memang,
sudah lazim di masyarakat kita pemanfaatan makhluk yang bernama Pawang Hujan
ini. Pada acara-acara tertentu, seperti saat ada hajatan kecil atau
besar-besaran pada musim hujan ada saja orang yang memanfaatkan jasa pawang ini.
Atau pada pembangunan jalan tol Pejagan-Pemalang yang kejar target pada musim
hujan, konon banyak pawang hujan berkeliaran.
Pawang ini pastinya sejenis dukun,
yang bekerja dengan jampi-jampi menangkal hujan atau mengatur posisi hujan. Dalam
hal ini katanya hujan bisa dipindah-pindahkan. Mungkin dalam kerjanya si pawang
menggunakan kekuatan batinnya menggeser letak awan sehingga hujan yang sedianya
turun di suatu desa pada waktu tertentu menjadi batal dan turun di tempat lain.
Dan pawing ini sepertinya hanya bisa mengolah hujan yang siap turun, bukan ahli
menghilangkan apalagi mendatangkan hujan. Tapi entahlah, soal pawang hujan ini
yang saya tahu sebatas pernah mendengar orang ngobrol dan tak pernah bertemu langsung dengan pawangnya.
Entah benar atau tidak ada peran pawang
hujan dalam acara tabligh kemarin yang dalam dua hari penyelenggaraan langit
terang benderang meski bulan baru separuh, padahal hari sebelumnya dua hari
berturut-turut langit mendung pekat tiap sore dan turun hujan, Yang jelas malam
ini tak lagi ada acara dan tetap tak ada hujan. Atau pawangnya bekerja satu pekan
penuh, sebab Peringatan Hari Santri jatuh pada hari Senin tanggal 22 Oktober
nanti dan acara-acara berlangsung sebelum dan sesudah tanggal peringatan itu. Lalu
kalau memang ada pawang hujan, bekerjanya pada tingkat desa atau propinsi?
Orang-orang sudah banyak yang sekolah
tinggi-tinggi, hampir semuanya melek informasi, tapi soal kepercayaan pada
klenik dan tahayul rasanya sulit dihilangkan. Masyarakat yang seperti ini juga
kiranya yang membuat Juragan Hoax bisa hidup makmur di negeri ini. Lalu kenapa sampai akhirnya ke soal hoax? Jangan-jangan berita soal pawang hujan juga hoax?
4 komentar:
Semoga segera turun hujan sob, udh gak tahan nih gerah bgt setiap hari. Efek pemanasan global memang bikin Bumi makin sakit. Semoga saja tdk berkepanjangan. Iklim kembali normal.
Memang gerah belakangan ini, bahkan awannya juga PHP, sudah mendung tebel banget, tapi ujungnya tetep ndak hujan
Soal soal seperti pawang hujan memang terletak antara percaya atau nggak percaya. Tergantung kita menyikapinya saja
terimakasih kunjungannya kawan
Posting Komentar