Pasti banyak yang sedang dongkol sekarang karena hasil pertandingan di perempat final Liga Champions semalam hasilnya tidak sesuai harapan. Terutama pendukung Liverpool yang umumnya militan. Seperti saya, meski sudah menduga Liverpool bakal gagal karena pada pertandingan pertama di stadion Alfredo Di Stefano kandang Real Madrid mereka kalah dengan skor menggigit, tapi harapan bisa membalikkan keadaan di stadion Anfield tetap besar. Karena bagaimanapun terpuruknya Si Merah di Liga Primer Inggris musim ini, Liverpool tetaplah tim hebat yang selalu mungkin untuk jadi juara. Apa daya, Liverpool sepertinya kini sedang berada di musim paceklik.
Pacekliknya
Liverpool tahun ini semoga tidak menuntut kambing hitam. Walau sejauh ini tidak
ada pemain yang disudutkan karena dianggap sebagai biangkerok anjloknya
prestasi tim, bisa saja nanti di akhir musim ada yang tak mampu menahan emosi
hingga menyerang salah seorang pemain bintang. Hal semacam itu sudah lumrah dan
tentu saja itu resiko jadi publik figur—pada suatu siang dipuja-puji, begitu
malam dicacimaki..
Untuk
kandasnya Liverpool di Liga Champions yang paling mungkin disalahkan tentu saja
striker, sebab dua pertandingan hanya menghasilkan satu gol padahal ada tiga
orang yang telah dikenal berkaki tajam di sana. Salah satunya bahkan sedang bahkan
rutin bersaing jadi top skor Liga Inggris. Dia adalah Mohamed Salah, sosok yang
dalam beberapa tahun terakhir jadi perbincangan di banyak media karena aksinya telah mampu
mengantar Liverpool kembali jadi tim juara setelah lebih dari duapuluh tahun
terseok-seok di negerinya sendiri.
Saya
sedikit khawatir saja Mohamed Salah disalah-salahkan karena sesuatu yang
melekat pada dirinya. Sesuatu itu adalah agamanya, sebagaimana kita tahu Salah seorang
muslim, jadi bisa saja dia berpuasa pada pertandingan-pertandingan krusial itu
yang berlangsungnya di bulan Romadlon. Walau ada ulama yang membolehkan pemain
sepakbola muslim tidak berpuasa di bulan Romadlon saat ada pertandingan dan
bisa menggantinya di saat jeda musim, pada kenyataannya banyak pemain muslim
yang tetap berpuasa.
Sampai
saat ini belum ada kabar tentang kemarahan fans Liverpool kepada pemainnya, dan pastinya itu
kabar bagus. Sepertinya Mohamed Salah benar-benar telah dicintai Liverpooldian.
Para fans itu juga sangat mungkin menyadari terpuruknya tim pujaan disebabkan
oleh banyak faktor, seperti pertahanan yang keropos hampir sepanjang musim
karena ditinggal Van Dijk. Dan pemain depan mereka juga ternyata bukan cuma Salah
yang muslim, ada satu nama lagi yang sama relijiusnya yaitu Sadio Mane yang juga
sedang melempem.
Liverpool
memang melempem tahun ini, mereka gagal total setelah dua tahun berturut-turut
menyandang prestasi dan diprediksi banyak pihak akan kembali jadi raja di
Inggris bahkan Eropa seperti era tigapuluh tahun lalu. Di tingkat lokal ada
kemungkinan mereka akan tersingkir dari zona Liga Champions, jika itu sampai
terjadi mereka benar-benar seperti terhempas setelah melambung begitu tinggi. Semoga
tidak ada kekecewaan yang berlebihan.
Saya
berdoa di bulan puasa ini semoga Liverpool tetap stabil di liga lokal pada
pertandingan tersisa. Tidak juara tidak apa-apa, tidak berkiprah di Liga
Champions tahun depan pun boleh saja, yang penting tetap bermain bagus dan
kompak demi menyongsong musim mendatang. Tim juara tidak harus selalu juara,
apa salahnya mengalah untuk memberi kesempatan pada yang lain merasakan jadi
juara. Hidup Liverpool!
5 komentar:
Hayok kita support Liverpool biar bermain ciamik, ngga mengecewakan.
Cukup kecewa Liverpool tersingkir ya mas, apa boleh buat itulah sepakbola, ada yang menang dan ada yang kalah.
Btw, terus jagoannya siapa nih mas setelah Liverpool tersingkir, apakah Chelsea atau City?
Mas, mau nanya.
Aku kan fans arsenal, apa yang harus aku perbuat?
WAKAKAK
terimakasih buat yang sudah komentar
ada saatnya tim hebat juga mengalami kekalahan dan keterpurukan. Di saat itulah fans seharusnya menunjukkan jati diri sesungguhnya, jangan jadi fans karbitan. Moral pemain juga harus dibenahi, bukan hanya soal stamina
Posting Komentar