Hari pemilihan umum tak lama lagi tiba. Banyak wacana di langit negri ini berseliweran,
dan saya yakin siapapun dia di manapun dia pun dalam keadaan apapun dia yang
merasa warga negara Indonesia pasti terpengaruh oleh hiruk pikuknya informasi
yang kini bergemuruh. Bahkan manusia yang paling mbebek sekalipun saya yakin
sekarang walau sejenak pasti memikirkan fenomena yang ada. Bahkan saya yang
golput pun tak cuek dengan situasinya.
Jadi jangan salahkan golput, karena orang golput bukan orang yang tak punya
kepedulian. Malah bisa jadi orang golputlah yang paling peduli dengan negara
kalau bicara masa depan dan perubahan yang baik. Buktinya saya ditawari jadi
panitia pemilu, padahal saya tak pernah menyembunyikan sikap golput, artinya
orang tak menganggap saya orang yang tak urus pada keadaan yang berlangsung di
masyarakat.
Cuma kemudian ketika ditawari jadi panitia pemilu saya jadi geli sendiri:
bagaimana jadinya orang golput ikut urus-urus menyukseskan pemilu padahal tidak
ikut memilih. Bisa jadi golput munafik dong, menolak memilih tapi membantu
orang-orang yang memilih. Saya tidak tahu bagaimana diskusinya kalau yang saya
alami ini dibicarakan di tengah-tengah komunitas golput, atau bisa jadi ini
sesuatu yang lazim?
Lagipula, saya pikir tidak memilih mereka para pilihan dengan membantu
proses penyelenggaraan pemilu adalah sesuatu yang sangat mungkin satu itikad. Yaitu
bahwa saya tidak memilih karena memang tak ada yang harus saya pilih karena
pilihannya tidak sesuai harapan saya, dan proses pemilihannya saya ikut jaga
keberlangsungannya karena kegiatan memilih oleh masyarakat adalah kebutuhan
yang memang harus ada, jadi sama-sama demi negara. Faktanya acara pilih-memilih
barlangsung dan dianggap legal, walau saya tak setuju dengan banyak hal
tentangnya tapi terlibat untuk lebih tahu untung-ruginya pemilu juga saya kira
sesuatu yang positif.
Akhirnya saya menganggap diri sebagai orang golput aktif. Walau selama ini
juga aktif, karena walau tidak nyoblos tetap saja saya tiap ada pemilu selalu
keliling tempat-tempat pemungutan suara dan memantau hasilnya. Juga terus
menimbang untung-ruginya golput termasuk mendiskusikannya saat ada kesempatan. Jadi
memang golput bukan sikap acuh tak acuh, tapi sangat mungkin merupakan ekspresi
kepedulian dengan tidak berkata “YA’ begitu saja pada ajakan.
Cuma jadi kepikir kalau saya siap jadi panitia pemilu karena dibayar Rp. 300.000,- . Hehehe
12 komentar:
kalo kita tdk yakin dg pilihan kita, mngapa mesti milih ...:)
Bukankah Golput juga merupakan pilihan ya ? :D
Salam
saya tidak golput, hanya saja di antara para calon yg terpampang itu gak ada yg saya kenal baik orangnya maupun program-programnya
Jangan membeli kucing dalam karung :)
Wongcrewchild: ya, memang semestinya begitu.
harus ikut milih ya mas sebagai warga negara yang baik ;)
Mas Indra: ya, memilih tidak terlibat dg kegiatan nggak nggenah
Ririe: lalu milihnya gimana kalo gak tau apapun ttg mereka, kalo asal sama saja judi
Prmfijo: beli beras baru pake karung, ya toh
Wahyu: oke, aku pilih golput
halah sama denganku bang, golput terus.
Soalnya bingung harus pilih yang mana. Tidak ada yang masuk dalam kriteriaku
saya memutuskan tidak memilih karena tidak ingin menjadikan seseorang menjadi koruptor baru (sok banget hehe...)
mksih infonya gan
visit back klu ad wktu ya..
http://maszhiday.blogspot.com
Posting Komentar