Dua hari lagi FIFA WORLD CUP BRASIL 2014 dibuka, maka
satu bulan ke depan di seluruh dunia akan musim sepakbola. Indonesia sudah
pasti heboh, meski tak mengirim timnas, kita merupakan salah satu bangsa penggila sepakbola di dunia. Di sini biasanya
akan banyak acara nonton sepakbola bareng. Bahkan tak cuma nonton pertandingan,
Arthouse Cinema yang merupakan program nonton film gratis di Goethe Institute
pun pada bulan Juni ini memutar film-film tentang sepakbola. Seperti pada 10
Juni, diputar film bagus berjudul Der ganz grosse Traum (Lessons of A Dream).
Film tentang sejarah masuknya sepakbola ke Jerman pada
abad ke-19 ini bagi saya oke banget. Apalagi sekarang di Indonesia, di musim
pemilihan presiden, sedang berlangsung peristiwa yang saya kira mirip kasusnya.
Yaitu tentang kebaruan yang ditolak dengan berbagai macam cara oleh mereka yang
sedang asyik dengan kemapanan.
Diceritakan pada tahun 1874, seorang guru baru yang
mengajar bahasa Inggris mengalami kesulitan menghadapi murid-murid yang telah
terdidik dengan suatu pola yang ketat. Tak cuma berhadapan dengan murid, Konrad
Koch—nama guru muda itu—pun harus berhadapan dengan guru-guru dan sistem yang
ada. Tapi guru yang teman tidurnya adalah sebuah bola itu, saat terus
dihadapkan pada kesulitan menaklukkan siswanya di dalam kelas, tetap tegar
sampai kemudian memanfaatkan kemampuannya bermain sepakbola untuk mengajar
bahasa Inggris.
Hasilnya murid-muridnya mulai menyukainya, bahkan
kekakuan-kekakuan yang ada akibat sistem model kemiliteran di sekolah itu mulai
diabaikan oleh anak-anak yang sedang nakal-nakalnya. Tapi hal baru sudah lazim
akan ditentang oleh mereka para kaum kolot. Koch hampir saja pergi dari sekolah
itu saat murid-muridnya telah menyukainya, tapi sepakbola yang telah digemari
murid-muridnya itu menyelamatkannya dari kekalahan berhadapan dengan masa lalu.
Latar film ini adalah saat masyarakat Jerman belum
mengenal sepakbola yang asalnya konon dari Inggris. Tak disangka, Jerman yang
kini merupakan raksasa sepakbola dunia ternyata belum genap 150 tahun mengenal
olahraga ini. Saya kira pada masa itu di Indonesia olahraga mengolah benda
bundar bernama bola sudah bukan hal asing, walau dalam bentuk permainan yang
berbeda. Tapi rasanya gak penting membanding-bandingkan Indonesia dengan Jerman
atau bahkan dengan Arab Saudi, yang penting sudah bisa makan kenyang lalu
menyaksikan pertandingan atau nonton film, hidup sudah enak dan damai.
10 komentar:
Jerman sekarang merupakan salah satu raksasa sepakbola. Indonesia bis amengambil pelajaran dari ini.
nandar: masalahnya kita nggak pernah mau belajar, penginnya pacaran melulu haha
bener gan indonesia gamau kalo belajar -_-
wah besok sudah dimulai ya bolanya
siap siap lembur untuk menonton
tapi bikin pagi harinya mengantuk saja
Dary: haha...gak semua tapi
Tomo: gak perlu lembor, pertandingan ada yg main jam 5 pagi, abis sholat subuh sambil senam nontonnya
pakde setuju, makan yang kenyang dulu baru nonton sepak bola biar tidak ketinggalan he he he
ga penting siapa yg pertama mengenal sepak bola, yang penting juara dunia
kelihatannya seru, apa filmnya akan diputar di Indonesia juga?
pemain bola jerman memang keren-keren ya, top semua. Tapi saya sih suka nya sama spanyol hehehe :D
Posting Komentar