Jumat, 05 Oktober 2018

HIDUP TNI, HIDUP ABRI


Sekarang Hari ABRI kan? Saya jadi ingat waktu kecil pernah ingin jadi ABRI atau TNI. Waktu itu saya masih di sekolah dasar, seingat saya orang tua yang membuat atau membangun rasa ingin itu. Pada saat itu saya sudah tahu berapa tinggimya seseorang yang bisa jadi tentara, akan bagaimana dan bagaimana tugas dan kerjanya. Di keluarga saya tak ada yang jadi tentara, mungkin karena Pak Kamto –seorang tentara—yang pernah ngekos di rumah Mbah saya yang pastinya tampangnya gagah sehingga ada harapan dari orang tua saya bisa seperti itu.


Tapi, ketika mulai esempe entah mengapa tak pernah ada keinginan sama sekali menjadi tentara. Semenjak membaca Lupus-nya Hilman Hariwijaya, sosok yang tidak pantas sama sekali jadi tentara itu membuat segalanya menjadi berubah. Mulai saat itu rambut saya jarang dicukur, kalau dihutung cukur setahun dua kali, itu pun didahului potong asal-asalan oleh Pak Guru. Semua berlanjut sampai masa esema, gaya saya masih Lupus dan terkenal sebagai Lupus Njengat.

Melewati masa ketika tentara sering dihujat—pada masa awal reformasi tentara karena sering berhadapan dengan demonstran citranya jadi anjlok—pada saat itu saya sudah tak tertarik dengan mereka. Bahkan pada masa sebelum itu saya sudah menolak ketika ada saudara yang staf di Kostrad menawari masuk Angkatan Udara. Juga saya sampai tidak habis pikir ketika ada teman sekolah yang orang tuanya sampai menjual apa saja demi biaya bolak-balik mendaftar jadi tentara dan gagal.

Tapi saya tak pernah punya rasa benci pada tentara, sebagaimana saya sering muak pada satpam. Tentara walau banyak yang lagak lagunya menyebalkan, saya masih bisa menyenangi mereka—mungkin karena saya sering menonton film perang. Tapi sejarah juga mencatat tentara kita tidak berjarak dengan rakyat. Saya masih ingat dulu ada AMD (ABRI Masuk Desa) yang selama beberapa waktu tentara bahu-membahu bersama warga mengerjakan banyak hal, dan pada masa perang kemerdekaan pun tentara dibantu rakyat melawan Belanda.

Kini saat ada banyak bencana, ABRI atau TNI nyata sekali manfaatnya bagi kita. Dan sekarang kembali diperingati hari jadi Tentara Nasional Indonesia, saya ucapkan Dirgahayu TNI ke 73, tetaplah perkasa. Hidup TNI, hidup ABRI.

4 komentar:

Chusniardi mengatakan...

Ahahaha sama mas, aku juga dulu pengen jadi tentara. Tapi lebih ke angkatan laut atau udara, cuma apalah daya fisik jadi halangan. BTW ada apa nih sama satpam kalo boleh tau? Hehe

Saleho mengatakan...

Hidup dan jayalah ABRI

Nathalia DP mengatakan...

Semoga jaya selalu ya

Muhammad A Vip mengatakan...

Chusniargi: ssst jangan di sini ngomongnya
Tomo: jaya raya
Nathalia: oye