Sabtu, 27 Oktober 2018

MINUM TEH JELAS BOLEH, TAPI AWAS


Pada tahun 2014, seorang pria berusia 56 tahun dirawat di rumah sakit karena gagal ginjal. Rupanya, ini disebabkan ia terlalu banyak minum teh hitam dingin. Yang mengejutkan adalah ia mengonsumsi sekitar 16 cangkir per hari, yang menyebabkan konsekuensi mengerikan seperti ini. Ginjalnya rusak oleh oksalat --zat kimia yang terkandung dalam teh hitam. Agar terhindar dari konsekuensi semacam ini, Anda disarankan untuk tidak meminum lebih dari 6 cangkir teh hitam per hari.


Paragraf di atas saya kutip dari satu artikel baru saya baca di sini Sebagai orang yang punya kebiasaan minum teh tak peduli takaran, saya tentu saja kaget. Biasanya saya minum teh pada sore hingga malam hari—diseduh di poci pada menjelang maghrib lalu diminum dengan cara ditambah air panas hingga malam hari—yang kalau dikira-kira bisa lebih dari sepuluh cangkir. Atau dengan gelas besar pakai teh celup yang bisa berkali-kali ditambah air panas sampai tak lagi pekat warnanya.

Teh sebagai minuman bukanlah sesuatu yang baru bagi saya, sejak melek mata minuman dari daun yang dikeringkan ini tak pernah kurang persediaan di rumah. Teh bisa berdus-dus di rumah—lemari bisa penuh dengan teh bermacam-macam merek saat lebaran sebagai kiriman dari tetangga dan saudara—yang bisa jadi persediaan satu tahun penuh. Apabila berkunjung ke rumah tetangga, minuman yang disuguhkan pun pasti teh, bahkan anak-anak muda di sini punya kebiasaan moci saat nongkrong diwarung atau di rumah (moci adalah minum teh yang diseduh di poci).

Pada artikel yang saya kutip di atas minum teh lebih dari limabelas cangkir bisa beresiko gagal ginjal, di sekitar saya sangat mungkin banyak orang yang konsumsi tehnya lebih dari itu, tapi sepertinya gagal ginjal penyakit yang asing. Mungkin aktifitas fisik mempengaruhi, di masyarakat desa yang umumnya petani dan pekerja kasar dengan mobilitas tinggi dan badan terus-menerus memeras keringat ginjalnya bisa jadi merespon beda dengan orang-orang yang lebih banyak duduk diam. Jadi sangat mungkin pola yang sama konsekwensinya berbeda.

Walau bagaimana, artikel itu layak dibaca dan jadi peringatan agar kita punya takaran dalam mengonsumsi. Apalagi sekarang banyak minuman kemasan yang banyak diantaranya dilabeli teh yang kita perlu waspada dengan komposisinya. Dan sebagai penutup, monggo diseruput kopinya eh…tehnya.


6 komentar:

Rani Bon Bon mengatakan...

Hehe untung aku gak suka teh. Kalo bertamu ke rumah orang, aku selalu bilang "mutih aja". Air putih saja hahahhahaha....

Sains Box mengatakan...

waduh, ngeri juga ya sob.. emang bnr sih, segala sesuatu yg kita konsumsi itu hrs TDK BOLEH BERLEBIHAN, apapun bentuknya kalo berlebihan jls bkn manfaat yg diperoleh, tp bs menjadi FATAL. untungnya saya cm doyan ngopi sob, itu pun dibatasi maksimal 1 cangkir kopi perhari.

Rahmat Fadhli mengatakan...

wah untung saya favoritnya air putih aja. Lagian kalau minum teh bagusnya kalau lagi makan diluar aja. wkwkw air putih lagian sehat, dan gratis.

Djangkaru Bumi mengatakan...

Kalau saya mungkin lebih dari itu, karena setiap membuat teh pakai gelas yang ukurannya jumbo. Semoga saja sehat terus.

Muhammad A Vip mengatakan...

ADA YANG SUKA KOPI ADA YANG SUKA TEH, ADA YANG GAK SUKA KOPI DAN TIDAK SUKA TEH. kalo saya suka semua, yang penting nggak berlebihan sepertinya, biar tetap sehat

Himawan Sant mengatakan...

Apapun yang sifatnya berlebihan memang tidak baik, yang sedang-sedang saja.
Aku selalu mengimbangi minum teh dan air putih.